Internasional

Waduh...Di Desa Ini Tak Ada Lelaki Dewasa, Cuma Wanita dan Anak-anak, Ternyata Ada Kisah Pilu di Baliknya

RIAULINK.com - Di barat laut pegunungan Kolombia, setelah berjalan kaki tiga jam dari kota terdekat melalui jalan setapak yang dihantui oleh gerilyawan, maka Anda akan menemukan sebuah desa.

Nama desa tersebut ialah desa La Puria.

Desa La Puria adalah rumah bagi sekitar 100 orang asli Embera Katio. Dalam bahasa mereka, ebara dapat berarti orang asli.

Jika Anda melihat sekeliling hanya ada wanita dan anak-anak di sini. Tetapi tidak ada pria dewasa. Satu pun tidak ada.

Mengapa?

Dilansir dari nationalgeographic.com pada Minggu (30/12/2018), terjadi perang saudara yang berlangsung selama beberapa dekade di Kolombia.

Beberapa orang pria desa La Puria direkrut oleh Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) atau Tentara Pembebasan Nasional (ELN), dua kelompok gerilyawan kiri terbesar di negara itu.

Akibatnya mereka menjadi korban konflik. Karena lawan mereka gerilyawan kanan melakukan banyak taktik kekerasan.

Termasuk penculikan, membuat  ranjau darat, dan perdagangan narkoba.

“Sekarang hanya tersisa wanita, anak-anak, dan remaja perempuan di desa La Puria,” kata Ivan Valencia, seorang jurnalis foto Kolombia yang menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mendokumentasikan kota ini pada tahun 2017.

Dulu, tugas para pria ialah berkelana ke hutan hujan untuk berburu dan mengumpulkan makanan.

Sekarang, para wanita yang memimpin. Dengan memegang parang, mereka juga menggendong bayi mereka dengan cara diikat di punggung mereka.

Saat ini, kepala desa La Puria adalah seorang ibu.

Selain berburu makanan, wanita-wanita di desa La Puria juga membangun rumah.

Mereka juga menjaga anak orang lain di mana ibu mereka telah  diperkosa oleh tentara gerilyawan setempat.

Desa yang tertinggal

Tahun 1960-an, perang berakhir.

Hanya saja referendum sipil sempat ditolak pada tahun 2016 oleh para pemimpin FARC dan pemerintah Kolombia.

Untungnya revisi perjanjian disahkan beberapa bulan kemudian.

Namun setelah perang, warga desa La Puria mengaku masih sepenuhnya ditinggalkan oleh negara.

"Menurut saya, perang masih berlanjut dan kami menerima konsekuensinya.”

Tapi untungnya warga desa La Puria cepat beradaptasi. Di mana mereka hidup lebih damai daripada sebelumnya.

Mereka bisa mengenakan pakaian warna-warni dan juga berkomunikasi melalui kamera.