Kesehatan

Anak Sulit Makan? Bunda Jangan Hanya Perhatikan Gizi, Tapi Jaga Pula Perasaan Si Kecil

Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

RIAULINK.COM - Bunda, pernah tidak sih kesulitan ketika mengajak anak makan?

Meskipun sudah memanggil atau membujuk anak agar mau makan, Si Kecil tetap menolak atau menyembur makanan tersebut.

Sebelumnya, jika bunda mendengar kata "makan", apa sih hal yang terlintas dalam benak kita?

Hal yang terlintas dalam benak Bunda mungkin seperti makanan yang nikmat dan suasana yang menyenangkan.

Sementara, apakah kita sudah menciptakan suasana menyenangkan saat mengajak makan anak?

Makan merupakan hal yang penting bagi anak karena memengaruhi pertumbuhannya.
Menurut dr Purnamawati Sujud SpAK, MMPaed, ahli gastrohepatologi di acara Pesat Jakarta, Minggu (10/03/2019), ada beberapa titik dalam kehidupan anak yang pertumbuhannya terganggu.

Titik pertama saat ibu bekerja, titik kedua MPASI, titik rawan ketiga diatas usia satu tahun khususnya pada ibu-ibu yang tidak bekerja.

Anak mulai pintar, mulai merasa independen, mulai bisa menolak, mulai mikir 'ngapain saya makan, lapar menyusu saja'; pertumbuhannya pasti terganggu.

Lantas, ada apa sih sama pola pemberian makan anak-anak Indonesia?

Dokter Wati mewanti-wanti pada Ayah dan Bunda bahwa makan itu harus menyenangkan dan menghibur.

Menyenangkan dan menghibur ini diibaratkan Dokter Wati saat ayah dan bunda datang ke restoran lalu makan dengan suasana yang menyenangkan dan cocok.

"Sekarang saya tanya, waktu kita bilang sama anak kita yang satu tahun atau sembilan bulan, 'yuk makan sekarang sudah waktunya makan'.

Apakah dibenak mereka ada perasaan excitement yang sama?

"Jadi aktivitas yang sama 'makan' tetapi menimbulkan persepsi yang berbeda," kata Dokter Wati.

Menurut Dokter Wati, kita kerap meremehkan pada bayi, seolah-olah mereka bukan manusia.

Kita kerap memberikan makanan yang menurut kita sehat, ada tempe, ada hati ayam, ada sayur, ada nasi, semua yang bergizi sudah dituangkan.

"Tetapi kita lupa kalau bayi punya perasaan. Saya suka nanya, 'bapak doyan apa? sayur asam', bagaimana kalau satu minggu tiga kali sayur asam? Saya beli di luar dok. Bapaknya bisa membeli di luar, anaknya?"

Sebelumnya, Bunda perlu mengetahui tujuan makan pada dewasa, remaja, dan bayi yaitu membuat kenyang.

Bagi orang dewasa makan nasi, ikan asin, dan sambal sudah cukup namun saat kita memberikan makanan tersebut ke bayi, tidak boleh karena gizinya tidak seimbang.

Artinya, pemilihan jenis makanan pada makanan bayi perlu diperhatikan kadar gizinya.

"Makan tidak bisa terlepas dari akar sosial budaya setempat.

Di Nusa Tenggara Timur mereka makan sagu tidak bisa dipaksa makan nasi.

Mereka makan daun pepaya, bagus, tetapi kita perkenalkan bahan makanan yang berwarna.

Karena kalau tidak warna-warni berarti tidak seimbang," jelas Dokter Wati.

Dokter Wati mengatakan kultur Indonesia berubah di daerah urban dan sebagian di plural karena orang mulai menerjamahkan makanan yang benar adalah makanan fast food.

Maka perlu mengetahui makanan pertama bayi yaitu ASI, imunisasi, dan sentuhan.

"Makanan pertama bayi your touch, your love. Ibu-ibu sekarang keren mau belajar tentang ASI, tetapi tidak hanya ASI yang dibutuhkan.

Kebutuhan bayi itu banyak, ASI hanya salah satu kebutuhan kecil bayi," kata Dokter Wati.

Ibu dapat memenuhi nutrisi bayi dengan berbagai cara yaitu IMD, memerah ASI, dan MPASI.

Pertama, menurut Dokter Wita memberikan IMD (inisiasi menyusu dini) pada bayi bagus karena steril dan tidak ada bakterinya.

Kedua, ASI adalah demand and supply, makin diperah makin banyak.

"Ibu-ibu sangat memusuhi dot, tidak seratus persen baik pemakaian dot tetapi bukan berarti seratus persen jahat dan harus dihindari.

Kenapa? Satu, nature bayi baru lahir itu sulking, karakteristik dari bayi itu menghisap.

Nanti di atas usia lima bulan dia mulai belajar mengulum.

Menghisap belajar minum dari gelas ada yang bisa ada yang tidak bisa," jelas Dokter Wati.

Ibu juga tidak perlu parno dengan bingung puting, menurut Dokter Wati, bayi itu pintar, tidak ada yang lebih nikmat dari menyusu dari ibunya.

Menurut Dokter Wati, ibu tidak perlu khawatir saat bingung puting karena bayi yang sudah mengenal dot pun ada masanya tidak mau menyusui.

Kemudian, banyak ibu berpikir ASI paling sempurna jadi tidak memberikan zat besi pada usia empat sampai enam bulan.

"Bayi membutuhkan zat besi karena cadangan yang diperoleh dikandungan sudah berkurang, padahal MPASI enam bulan," kata Dokter Wita.

Dokter Wita mengatakan MPASI enam bulan harus mengandung zat besi.

Zat besi untuk usia enam bulan diperoleh dari daging merah, namun masih banyak yang tidak berani memberikannya.

Banyak ibu masih berpikir bawah usia empat sampai enam bulan bayi harus dikenalkan pada sayur dan buah.

Sedangkan, Dokter Wati mengatakan sayur dan buah sedikit mengandung zat besi.

Padahal sejak lahir bayi sudah mendapatkan nutrisi secara utuh dari ASI, sehingga mengenalkan daging merah sejak dini tidak menjadi masalah.

"ASI ada protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral, kenapa ketika memberikan MPASI harus menu tunggal? Itu keliru yang paling besar, bayi sejak lahir sudah bisa menghandle karbo, protein, lemak, kenapa takut alergi, ga usah."

Kesimpulannya, mencegah gangguan pertumbuhan pada anak Indonesia, ibu perlu memahami nutrisi terbaik pada bayi yaitu pemberian ASI dan MPASI yang mengandung zat besi serta memberikan menu bervariasi pada anak.