Ini Kata Peneliti Soal Jam Kerja dan Waktu Libur yang Baik

RIAULINK.COM - Hari libur merupakan waktu yang ditunggu setelah menjalani pekan yang sangat berat. Saat ini sebagian tempat kerja sudah menerapkan lima hari kerja dalam seminggu. Namun ternyata itu tak cukup, bekerja lima hari seminggu dapat membuat tenagamu terkuras dan membuatmu enggan bersosialisasi.
Tekanan dan stres juga menambah masalah yang kamu miliki dan dapat mempengaruhi kesehatan mental. Jam kerja panjang yang dipadukan dengan faktor lain bisa menimbulkan sejumlah masalah kesehatan dan mental.
Dilansir dari Medical Daily, sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa dibutuhkan hari kerja yang lebih sedikit saat ini. peneliti dari University of Cambridge dan University of Salford menemukan berapa lama waktu yang tepat untuk menjaga kondisi karyawan.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Social Science and Medicine ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja delapan jam atau kurang setiap minggu mengalami risiko masalah mental menurun sebanyak 20 persen.
"Kita sudah memiliki panduan dosis tepat untuk berbagai macam hal mulai vitamin C hingga jam tidur untuk membuat diri merasa lebih baik. Namun ini pertama kalinya dilakukan penelitian mengenai pekerjaan," ungkap Brendan Burchell, sosiologis dari Cambridge University.
- Anda Diabetes ? Ini Alternatif Nutrisi yang Tepat Untuk Dikonsumsi
- Kematian Akibat Kanker Kulit Meningkat Pesat Pada Pria
- Belum Capai Target, Pemberian Vaksin MR di Inhu Masih 56 Persen
- Sering Timbul Komedo di Hidung, Ternyata Ini Penyebabnya
- Dokter Bedah RSUD Puri Husada Tembilahan Hentikan Pelayanan, Ini Penjelasan Dirut RSUD PH
"Kami memiliki temuan berapa lama jam kerja yang dibutuhkan untuk mendapat manfaat psikososial bagi karyawan dan jumlahnya ternyata sedikit," sambungnya.
Burchell dan timnya menyarankan agar orang-orang seharusnya hanya bekerja selama satu hari dalam seminggu. Jumlah ini disebut sebagai dosis efektif untuk menjaga kesehatan mental. Bekerja lebih lama dibanding waktu yang disarankan menunjukkan efek kecil pada seseorang.
Temuan ini muncul dari analisis mengenai bagaimana jam kerja mempengaruhi kesehatan mental dan kepuasan hidup pada lebih dari 70.000 orang di Inggris. Penelitian dilakukan mulai tahun 2009 hingga 2018.
Agar bisa mempersingkat pekan kerja, tim peneliti menyarankan agar perusahaan menerapkan berbagai teknologi terbaru. penerapan teknologi seperti kecerdasan buatan, big data, dan sistem robotik ini diharap dapat menyokong berbagai tugas karyawan.
"Jika tak cukup untuk semua orang yang ingin bekerja secara penuh, kita sebaiknya memikirkan kembali norma saat ini," ungkap Daiga Kamerade dari Salford University.
"Hal ini termasuk redistibusi jam kerja sehingga semua orang bisa mendapat manfaat kesehatan mental dari pekerjaan, bahkan jika hal ini termasuk bekerja dalam waktu yang lebih singkat," sambungnya.
Penelitian ini menyarankan untuk membatasi jam kerja dan menerapkan lima hari libur, bekerja hanya beberapa jam setiap hari, serta menambah jumlah liburan tahunan, bulanan, dan mingguan. Jika diterapkan, cara ini tentu bisa membuat karyawan jadi gembira dan tidak ada lagi alasan jomblo karena terlalu banyak kerja.
Tulis Komentar