Temuan Prasejarah di Kawasan Logas dan Sekitarnya
PEKANBARU, RIAULINK.COM - Hasil penelitian arkeologi di kawasan Logas dan sekitarnya menemukan benda-benda berupa alat-alat batu sederhana. Temuan arkeologi itu tercatat dalam laporan penyusunan kebijakan tentang Rencana Induk Pengembangan Kebudayaan Melayu kerja sama Provinsi Riau dengan Pusat Studi Kebudayaan UGM (2009).
Meskipun pada 2010 telah ditindaklanjuti oleh Balai Arkeologi Medan, namun penelitian tersebut belum tuntas. Dengan terbentuknya Dinas Kebudayaan Propinsi Riau temuan alat-alat batu sederhana itu dianggap sebagai temuan yang penting bagi Sejarah dan budaya Propinsi Riau.
Gubernur Riau Syamsuar mendorong supaya proses tindak lanjut dari penelitian ini dilakukan sampai tuntas. Hal ini sebagai pembuktian bahwa Riau negeri tua.
Menanggapi Kadisbud Riau menyebutkan pada tahun 2021 yang lalu telah membentuk tim yang melibatkan tenaga ahli prasejarah dari badan Riset dan Inovasi Nasional untuk menindaklanjuti temuan tersebut. Kegiatan itu semakin menguatkan keyakinan bahwa lokasi Logas dan sekitarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk diteliti.
“Saat itu saya membentuk tim dan menugaskan mereka untuk kembali meninjau lokasi. Tim itu ternyata kembali menemukan beberapa artefak litik sederhana baik berupa alat batu yang termasuk kategori kapak perimbas, kapak penetak, lancipan, dan alat-alat batu yang termasuk dalam kategori alat serpih di sekitar aliran Sungai Logas atau Batang Lembu Keruh. Disamping itu, mereka juga menemukan singkapan batuan di aliran sungai kecil yang menyatu dengan Sungai Logas,” beber Raja Yose Sabtu (25/08/2013).
Lebih lanjut Raja Yose mengatakan pada bulan ini kembali membentuk tim yang melibatkan tenaga ahli arkeologi prasejarah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, ahli geologi dari Universitas Islam Riau, Dosen dan Mahasiswa dari Program Studi Arkeologi Universitas Jambi. Tim ini lebih meluaskan daerah penelitian hingga area Sungai Muaralembu, area Sungai Petapahan, dan area Sungai Jake. Ternyata dari hasil pengembangan penelitian ini berhasil mengumpulkan temuan yang lebih banyak lagi. Lebih dari 170 temuan yang terindikasi sebagai artefak ditemukan di lokasi tersebut.
- LAM Riau akan Beri Gelar Adat, Jokowi Belum Pasti Kapan Datang
- Melukis Wajah Tuhan
- Melalui Gelar Budaya, Mahasiswa Inhil Di Jogja Kenalkan Budaya Melayu Di Tanah Jawa
- DPRD Riau Desak LAMR Berikan Penjelasan Terkait Pemberian Gelar Ke Jokowi
- Wasekjen Hanura, Sayed Junaidi Rizaldi: Tidak Ada Masalah Jika Jokowi Diberi Gelar Adat Melayu
Kadisbud meyakini bahwa dengan temuan-temuan baru ini dapat mengungkap tentang kehidupan prasejarah di kawasan Provinsi Riau yang masih kosong dari daftar temuan prasejarah Indonesia. Konsentrasi temuan artefak batu paleolitik yang berada di perbukitan yang menjadi hulu dari ketiga sungai mengindikasikan bahwa wilayah logas dan Kuantan Singingi secara umum sangat perlu dilestarikan karena menjadi bukti kehidupan manusia masa lalu.
“Tidak salah kalau saya memberikan istilah untuk temuan-temuan budaya di daerah Logas dan sekitarnya ini sebagai “New Discoveries of Prehistoric Life in Riau Province”, pungkasnya.
Diketahui bahwa di Pulau Sumatera temuan alat litik sejenis baru terungkap di kawasan Sumatera Selatan (DAS Kikim) dan Bengkulu. Begitu juga bila dikaitkan dengan temuan manusia prasejarah di Gua Lidah Aer (Payakumbuh, Sumatera Barat) dengan pertanggalan sekitar 73.000 BP yang temuannya belum didukung oleh temuan budaya materi seperti yang ditemukan di kawasan Logas. Dimungkinkan bahwa temuan alat-alat litik di Desa Logas dan sekitarnya ini merupakan bagian dari perjalanan migrasi manusia dan budaya prasejarah sebelum sampai ke Gua Lidah Aer.
Di kawasan Propinsi Riau juga memiliki potensi gua-gua hunian seperti di Gua Lidah Aer. Peta geologi menunjukkan di daerah ini terdapat gugusan perbukitan karst yang tidak tertutup kemungkinan juga memiliki gua-gua yang memiliki hubungan erat dengan temuan alat-alat batu yang sudah terkumpul sekarang ini. Gugusan perbukitan karst ini relatif berada di wilayah perbukitan yang menjadi batas antara Propinsi Riau dan Sumatra Barat.
“Besar harapan kami temuan ini dapat mengungkap sejarah dan budaya masa lalu yang masih misteri dan belum terungkapkan. Saya berharap masyarakat turut peduli dalam menjaga lokasi-lokasi yang memiliki potensi besar ini. Bila ada masyarakat yang menemukan benda-benda sejarah masa lalu di daerah ini tolong laporkan kepada kami atau ke aparat setempat sehingga kita bisa bersama-sama mengupayakan pelestariannya,” tambah Raja Yose lagi
Untuk menghimbau masyarakat terkait temuan benda-benda purbakala seperti sisa-sisa kerangka manusia atau hewan yang sudah berbentuk fosil, maupun batu-batu yang memiliki ciri seperti perkakas dari masa prasejarah. Demikian juga apabila masyarakat mengetahui informasi mengenai keberadaan gua di sekitar tempat tinggalnya.
Gubernur Riau di kesempatan lain menyatakan turut mendorong khasanah warisan bersifat kebendaan yang berada di wilayah Propinsi Riau diperhatikan baik kondisi dan pemeringkatannya. Setelah Kampung Pertahanan Tuanku Tambusai di Daludalu berstatus nasional, Gubernur Riau Syamsuar berharap penelusuran dan penelitian hutan purbakala dituntaskan. Cagar budaya lainnya agar dapat ditingkatkan statusnya menjadi CB nasional. Cukup banyak yang perlu digesa pemeringkatan statusnya seperti Kota Lama di Inhu.
“Sudah seharusnya peninggalan sejarah di Riau juga mendapat perhatian Pemerintah untuk pelestariannya dengan melakukan penataan kawasan dan pemanfaatan kawasan untuk pariwisata sejarah dan budaya serta menjadikan Candi Muara Takus dan Istana Sultan Siak bersama bangunan-bangunan yang berkaitan dengan sejarah kerajaan Siak menjadi world heritage seperti kota-kota lain di Indonesia dan Melaka Malaysia,” kata Gubri Syamsuar menegaskan.
Tulis Komentar