Pakar: Cuaca Panas Dapat Memicu Penularan Penyakit
RIAULINK.COM - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia bukan gelombang panas. Namun, masyarakat tetap diimbau mengantisipasi cuaca panas yang terjadi terus menerus.
Pakar kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan dampak cuaca panas yang terus menerus bisa mengganggu siklus kehidupan yang memicu penularan penyakit.
“Climate change menimbulkan dampak kepada manusia. Dampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsung, kalau panasnya tinggi sekali, ini bisa terjadi pada jemaah haji di Arab yang cuacanya panas sekali. Kita di Indonesia tidak sampai sebesar itu. Tapi bisa mengganggu daya tahan tubuh. Ketika daya tahan tubuh menurun, ini bisa menimbulkan penyakit. Sebenarnya enggak ada penyakit yang spesifik A, B, atau C,” ujar Tjandra kepada Media Indonesia.
Tjandra mengatakan cuaca panas yang terjadi dalam waktu lama dapat memengaruhi siklus kehidupan dan bisa memengaruhi hidup manusia.
“Yang paling sering adalah penyakit tidak langsung. Seperti perubahan cuaca ini bisa mengakibatkan sektor penularan penyakit berubah. Misal, nyamuk siklus hidupnya berubah. Nyamuk bisa mengakibatkan penyakit seperti DBD, malaria, dan sebagainya. Tapi enggak bisa dibilang, kalau cuaca panas, maka DBD meningkat. Jadi, gangguan perubahan iklim bisa membuat gangguan pada sektor bawah. Berhubungan dengan penyakit, iya. Tapi tidak secara langsung,” kata Tjandra.
- Fadli Zon soal Grasi Jokowi bagi Nuril: Memalukan Bangsa
- Masa Orde Baru Pulihkan Ekonomi Pakai Utang dari Negara Blok Barat
- Pemerintah Tak Akan Turunkan 'Passing Grade' Tes CPNS
- BIN Sebut Ada 50 Penceramah Berpaham Radikal, Wiranto: Awasi, Bersihkan
- Gara-gara Kibarkan Bendera HTI, Pria Ini Diperiksa Polisi
Sehubungan dengan hal tersebut, Tjandra mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk menjaga kesehatan. Di antaranya, membatasi kegiatan di luar ruangan dan banyak minum air putih.
“Sedapat mungkin kita batasi kegiatan di luar ruangan, khususnya bila mungkin hindari saat tengah hari dimana matahari sedang panas-panasnya. Kemudian, minum air lebih banyak dari biasa. Jangan tunggu haus baru minum, minumlah sering-sering. Kurang minum dapat berhubungan dengan gejala keram di otot yang bukan tidak mungkin merupakan gejala awal dari gangguan kesehatan akibat cuaca panas,” ujar dia.
Tjandra mengimbau masyarakat memberikan atensi lebih pada kebersihan. Menurut dia, dengan menjaga kebersihan lingkungan, peluang penularan penyakit di lingkungan akan menurun.
Tulis Komentar