Internasional

Usai Kritik Habis-habisan, Trump Temui Bos Twitter

Presiden AS Donald Trump menemui CEO Twitter Jack Dorsey beberapa jam setelah menuduh media sosial tersebut bias terhadap dirinya dan para Republikan. (Reuters/Joshua Roberts)

RIAULINK.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menemui CEO Twitter Jack Dorsey pada Selasa (23/4), beberapa jam setelah menyerang perusahaan media sosial itu dengan tuduhan bias terhadap kaum konservatif di akun Twitternya.

"Pertemuan hebat siang ini di @WhiteHouse dengan @Jack dari @Twitter. Banyak topik yang dibahas mengenai platform mereka, dan dunia media sosial secara umum. Nantikan terus dialog terbuka!" tulis Trump bersama foto pertemuan tersebut yang diunggah pada akun Twitternya.

Beberapa jam sebelumnya, Trump menuduh Twitter bias terhadapnya tanpa memberikan bukti. Dia menulis di Twitter bahwa perusahaan berlaku diskriminatif dan tidak memperlakukannya dengan baik sebagai seorang Republikan.

Twitter mengatakan dalam sebuah pernyataan, pertemuan antara Dorsey dan Trump dilakukan atas undangan presiden. Mereka membahas komitmen Twitter untuk menjaga percakapan publik yang sehat menjelang pemilihan umum AS 2020 dan upaya yang sedang dilakukan untuk menanggapi krisis opioid.

Trump memiliki salah satu akun yang paling banyak diikuti di Twitter dengan hampir 60 juta pengikut. Namun presiden dan Republikan di Kongres telah berulang kali menuduh Twitter dan Facebook bias terhadap kaum konservatif. Hal ini juga telah dibantah Twitter.

Senator Demokrat AS A. Mazie Hirono mengatakan awal bulan ini membalas kritikan Partai Republik kepada Twitter sebagai pelecehan pada kebijakan penghapusan konten yang penuh kebencian, berbahaya, dan menyesatkan.

Carlos Monje, Direktur Lebijakan Publik Twitter mengatakan pada sidang Senat awal bulan ini bahwa pihaknya tidak menggunakan sudut pandang politik, perspektif atau afiliasi partai untuk membuat keputusan penghapusan konten.

Pada bulan Oktober, Trump menulis bahwa Twitter telah menghapus banyak orang dari akunnya dan membuat para pengikutnya tersebut sulit bergabung kembali.

Setiap pengurangan pengikut Trump kemungkinan merupakan hasil dari langkah Twitter baru-baru ini untuk menghapus jutaan akun yang mencurigakan setelah layanan media sosial lainnya digunakan dalam kampanye informasi yang salah yang mencoba mempengaruhi pemilih dalam pemilihan presiden AS 2016 dan pemilihan lainnya.