19 staf PBB Tewas dalam Insiden Ethiopian Airlines Salah Satunya dari Indonesia
RIAULINK.COM - Sedikitnya 19 korban tewas dalam insiden jatuhnya pesawat eithopian airlines di Addis Ababa, Ethiopia, diketahui bekerja untuk lembaga-lembaga terkait Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Belasan staf PBB yang tewas ini berasal dari beberapa negara, salah satunya Indonesia.
Otoritas Ethiopia telah menyatakan 157 penumpang dan awak pesawat jenis Boeing 737 Max 8 itu tewas dalam kecelakaan yang terjadi pada Minggu (11/3) waktu setempat. Pesawat tujuan Nairobi, Kenya itu dilaporkan jatuh sekitar enam menit setelah lepas landas dari Addis Ababa.
Seperti dilansir AFP, Senin (11/3/2019), diketahui bahwa ada konferensi PBB yang digelar di Nairobi, pekan ini. Belasan staf PBB yang tewas ini menggunakan pesawat Ethiopian Airlines untuk berangkat ke sana.
"Indikasi awal adalah 19 anggota staf lembaga-lembaga terkait PBB tewas," sebut Direktur Organisasi Migrasi Nasional (IOM), Antonio Vitorino, dalam pernyataannya.
"Sejumlah anggota staf lainnya dari setidaknya lima lembaga PBB dan terkait PBB diketahui juga tewas," imbuhnya.
- Alamak...Hanya karena Dilarang Naik Motor, Siswi SMP Akhiri Hidupnya Dengan Seutas Tali
- Pakai Tepung untuk Perayaan Ulang Tahun, 12 Mahasiswa Alami Hal Tragis
- Warga Selat Panjang Heboh Usai Temukan Sesosok Mayat Dibawah Warung Kopi
- Seorang Warga Inhil Ditemukan Tewas Didalam Hutan Saat Mengambil Kayu
- Ada Duit 2.600 Ringgit di Dalam Celana Dalam Mayat yang Ditemukan Dekat Selat Melaka
Selain IOM, ada juga staf dari lembaga seperti World Food Program, UN Refugee Agency, World Bank, UN Environment Agency dan yang lainnya. Di antara staf IOM yang tewas disebut bernama Anne Feigi. Dia diketahui bekerja untuk misi IOM di Sudan.
Pimpinan misi IOM, Catherine Northing, mengenang sosok Feigl sebagai 'kolega yang sangat dihargai dan anggota staf yang populer, berkomitmen dan profesional'.
Secara terpisah, Direktur World Food Program (WFP), David Beasly, mengonfirmasi tujuh stafnya tewas dalam kecelakaan maut itu. "Saat kita masih berkabung, mari kita refleksikan bahwa setiap kolega WFP ini bersedia untuk bepergian dan bekerja jauh dari rumah-rumah mereka dan keluarga tercinta mereka untuk membuat dunia ini menjadi tempat lebih baik untuk ditnggali," ucap Beasly dalam pernyataannya.
Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, tidak menyebut lebih jelas jumlah stafnya yang tewas. Grandi hanya menyatakan bahwa lembaganya mengalami 'kehilangan besar'.
Seorang sumber PBB sebelumnya menambahkan bahwa seorang penerjemah lepas (freelance) yang terbang dengan Ethiopian Airlines untuk menghadiri konferensi lingkungan di Nairobi juga mungkin menjadi korban tewas.
Jumlah pasti staf lembaga PBB yang ada dalam pesawat nahas itu belum bisa ditentukan. Sebabnya, hanya beberapa orang yang mengabarkan rencana perjalanan mereka ke PBB, sedangkan yang lain tidak mengabarkan sama sekali. Selain itu, tidak semuanya memakai paspor PBB untuk bepergian.
Sebelumnya, Kedutaan Besar Indonesia di Roma, Italia, menyatakan bahwa satu WNI yang tewas merupakan seorang perempuan yang tinggal di Roma dan bekerja untuk World Food Program, badan pangan yang bernaung di bawah PBB. Identitas WNI itu belum diketahui secara jelas.
Tulis Komentar