Rusia Bidik AS Jika Taruh Rudal Nuklir Jarak Sedang di Eropa
RIAULINK.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan tak segan balas membidik Amerika Serikat menggunakan peluru kendalinya jika negara seterunya itu berani menyiagakan Peluru Kendali Nuklir Jarak Menengah (INF) di negara Eropa.
Di hadapan pejabat Rusia, Putin mengatakan tidak ingin berkonfrontasi dan tidak akan mengerahkan rudalnya, meski AS memutuskan keluar dari perjanjian mengenai pengendalian peluru kendali jarak menengah Perang Dingin pada bulan ini. Dia mengatakan Rusia tak ragu merespons setiap penyebaran senjata yang dilakukan AS.
Dia mengatakan para pembuat kebijakan Negeri Paman Sam harus memperhitungkan risiko sebelum mengambil langkah apa pun.
"Itu adalah hak mereka (AS) untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Tetapi, apakah mereka menghitung (risikonya)? Saya yakin mereka juga bisa memperhitungkan kecepatan dan jarak tempuh senjata yang kami (Rusia) kembangkan," kata Putin pada Rabu (20/2) seperti dikutip Reuters.
"Rusia akan terus didorong mengembangkan dan menggunakan jenis-jenis senjata yang dapat digunakan mencapai wilayah ancaman berasal dan juga wilayah asal para pemegang keputusan yang memerintahkan ancaman tersebut," ujar Putin.
- Harga Minyak Dunia Turun Pertanda Ekonomi Dunia Sedang Bermasalah
- Khabib Tantang McGregor Tanding Ulang di Arena Tinju
- Pertemuan dengan Negara OKI, Indonesia Harap Perluas Ekspor
- Jokowi: Tujuh Unicorn ASEAN Empat dari Indonesia
- Donal Trump Tegaskan 'Setia' ke Saudi Meski Ada Kasus Pembunuhan Khashoggi
Putin menuduh AS kerap menuding negaranya membangun senjata berbahaya sebagai alasan agar bisa mundur dari Perjanjian Rudal Nuklir Jarak Menengah (Intermediate-Range Nuclear Force).
Baru-baru ini, Putin juga menuturkan Rusia akan keluar dari traktat tersebut dan kembali memulai pengembangan sistem senjata baru yang tidak diatur perjanjian tersebut.
Sejumlah pihak menganggap keluarnya AS dan Rusia dari INF menandakan era perlombaan senjata baru.
INF disepakati pada 1987 lalu oleh Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, demi membendung Perang Dingin.
Tulis Komentar