Internasional

Bukti Nyata Kekuatan Ekonomi China yang Bikin AS Cs Takut

Foto: REUTERS/DADO RUVIC

RIAULINK.COM - Kondisi geopolitik dunia terus memanas. Terbaru, kelompok tujuh negara maju atau G7 pimpinan Amerika Serikat (AS) terus mengambil langkah untuk mengisolasi dan menghindari ketergantungan terhadap China.

Dalam pertemuan puncak di Hiroshima, Jepang, akhir pekan lalu, mereka sepakat untuk menghilangkan risiko dan mendiversifikasi rantai pasokan mereka dari China, di tengah kekhawatiran pemaksaan ekonomi.

Ada kesadaran yang berkembang di antara negara-negara Barat bahwa ekonomi mereka sangat bergantung pada China. Pandemi virus corona telah menjelaskan seluk-beluk krisis rantai pasokan, ditambah lagi perang di Ukraina yang semakin memperburuk situasi.

"Pendekatan kebijakan kami tidak dirancang untuk merugikan China dan kami juga tidak berusaha menggagalkan kemajuan dan pembangunan ekonomi China. Pada saat yang sama, kami menyadari bahwa ketahanan ekonomi membutuhkan pengurangan risiko dan diversifikasi," ujar pernyataan bersama negara G7 seperti dikutip dari CNBC International, Selasa (23/5/2023).

Setelah pengumuman G7, China memanggil duta besar Jepang di negaranya. Beijing juga memerintahkan perusahaannya untuk berhenti membeli cip dari raksasa semikonduktor AS, Micron.

Giuliano Noci, Wakil rektor China untuk Politecnico di Milano, pada hari Senin mengatakan kepada CNBC 'Squawk Box Europe' bahwa G7 menunjukkan perspektif 'kesatuan' melawan China. Namun, ia menilai langkah ini dapat menjadi simalakama bagi aliansi itu.

″Presiden Joe Biden berbicara dalam hal pengurangan risiko dan bukan dalam hal pemisahan. Pemisahan adalah kata ajaib dari AS sebulan yang lalu, tetapi sangat jelas bahwa, mengingat peran yang dimainkan oleh pasar China untuk beberapa produk, mengingat tingkat jalinan di antara rantai pasokan, hampir tidak mungkin untuk memisahkan," kata Noci.

"Harus jelas bahwa mengisolasi China tidak hanya, di satu sisi, tidak mungkin, tetapi juga, di sisi lain, berbahaya."

Angka dari Biro Sensus AS menunjukkan bahwa AS mencatat defisit perdagangan barang dengan China sekitar US$ 383 miliar pada 2022. Data itu menunjukkan rekor tertinggi dalam perdagangan antar negara dan merupakan bukti kesulitan memisahkan ekonomi mereka. .

"Kita akan melampaui dunia unipolar yang menjadikan AS sebagai negara adidaya, dan memasuki dunia bipolar atau multipolar," tambah Noci.