Internasional

Putin Santai usai Istana Kremlin Diserang Drone: Tak Ada yang Baru

Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan tetap santai usai dua drone menargetkan Istana Kremlin pada Rabu (3/5). (AP/Alexander Zemlianichenko)

RIAULINK.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin, dilaporkan tetap santai usai dua drone menargetkan Istana Kremlin di Moskow pada Rabu (3/5).

"Presiden selalu tetap tenang, terstruktur, tetap jelas dalam menilai dan memberikan perintah di tengah kesulitan, situasi yang ekstrem," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada Kamis (4/5), seperti dikutip TASS.

Ia kemudian berujar, "Jadi, tak ada hal baru yang terjadi terkait ini."

Dalam kesempatan itu, Peskov menuding Amerika Serikat sebagai dalang serangan itu, tapi Ukraina yang mengeksekusi. Peskov mengklaim intelijen Rusia sudah mengantongi bukti keterlibatan AS dan Ukraina.

Peskov pun memperingatkan betapa bahaya terlibat langsung dalam konflik tersebut.

"Keputusan terkait serangan semacam itu tidak dibuat di Kyiv [pemerintah Ukraina], tetapi di Washington [pemerintah AS]. Kyiv hanya melakukan apa yang diperintahkan," tutur Peskov, seperti dikutip AFP.

Pada Rabu, dua drone menargetkan Istana Kepresidenan Kremlin. Serangan ini tak menimbulkan kerusakan maupun korban.

Namun, Rusia menyatakan bakal membalas serangan tersebut. Mereka juga menganggap aksi itu sebagai tindakan teroris terencana untuk membunuh Putin.

"Rusia berhak membalas dengan cara, tempat, dan waktu yang dipilihnya," demikian pernyataan resmi Kremlin.

Sementara itu, Ukraina membantah tuduhan ini.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan pasukannya selalu berperang di wilayah sendiri. Ia juga mengatakan Ukraina tak punya senjata yang bisa mencapai Moskow.

Sementara itu, juru bicara pemerintahan Ukraina, Mikhaylo Podolyak, justru menuding balik Rusia. Menurutnya, Rusia mengarang laporan itu agar punya dalih untuk menyerang Ukraina.

"Laporan yang dikarang Rusia itu harus dianggap sebagai upaya untuk menyiapkan informasi latar belakang untuk serangan teroris skala besar terhadap Ukraina," ucap Podolyak.