Total Kasus Penyakit Sapi Ngorok di Rohul Capai 451 Ekor
PEKANBARU, RIAULINK.COM - Hingga saat ini total kasus penyakit sapi ngorok atau septicaemia epizootuca (SE) di Rokan Hulu (Rohul) sudah mencapai 451 ekor.
Dari 451 kasus tersebut, yakni sebanyak 119 ekor mati karena tak tertolong akibat akibat penyakit. Sedangkan 332 ekor lagi karena dipotong oleh pemilik hewan ternak, sebelum kerbau tersebut mati.
"Data ini tercatat hingga 16 November. Dari 451 ekor itu ada karena potong paksa, ada juga disebabkan kematian karena penyakit," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Riau, Herman melalui Subkor Kelambagaan Sumber Daya Kesehatan Hewan dan Pengawasan Obat Hewan PKH Provinsi Riau, drh Revalita Budiani, Jumat (18/11/22).
Dipaparkan, kematian hewan ternak kerbau karena penyakit SE itu terdapat terdapat di Kecamatan Rambah dan Bangun Purba Rohul.
Di Kecamatan Bangun Purba tetdapat 415 populasi hewan kerbau. Mayotitas diternakan di tiga jalangan atau padang rumput luas. Yakni jalangan panjang, jalangan pasir siabu serta pulau hotang.
- Alamak...Hanya karena Dilarang Naik Motor, Siswi SMP Akhiri Hidupnya Dengan Seutas Tali
- Pakai Tepung untuk Perayaan Ulang Tahun, 12 Mahasiswa Alami Hal Tragis
- Warga Selat Panjang Heboh Usai Temukan Sesosok Mayat Dibawah Warung Kopi
- Seorang Warga Inhil Ditemukan Tewas Didalam Hutan Saat Mengambil Kayu
- Ada Duit 2.600 Ringgit di Dalam Celana Dalam Mayat yang Ditemukan Dekat Selat Melaka
Sedangkan untuk di Kecamatan Rambah populasi hewan ternak kerbau terdapat di Desa Menaming dan Tanjung Belit sebanyak 250 ekor.
Sebelumnya, Revalinda menjelaskan tim observasi dari Dinas PKH Provinsi Riau sudah mengunjungi Rohul. Tim observasi tersebut meninjau ke jalangan kerbau untuk mengecek langsung kasus kematian akibat sapi ngorok.
Tim diobservasi Dinas PKH Riau merekomendasikan penutupan sementara lokasi jalangan kerbau terdapat kasus kematian disebabkan penyakit SE. Sementara hewan kerbau yang mati sudah dikuburkan. Ada pun dua jalangan kerbau lainnya yang lokasinya tidak berjauhan dari tempat jalangan yang banyak ditemukan kerbau mati juga langsung diisolasi.
Selain itu, sampel tulang, pulmo kerbau yang mati dikirim ke Laboratorium Balai Veteriner (Bvet) Bukittinggi Sumatera Barat.
Untuk penyakit, menurut Revalinda saat itu sudah dipastikan disebabkan karena penyakit SE, berdasarkan ciri-ciri fisik. Seperti kesulitan bernapas, terdengar seperti mendengkur. Mengalami demam tinggi dan diare yang disertai dengan darah.
Kemudian terlihat pembengkakan di bagian kepala, bagian bawah dada, kaki, atau pangkal ekor. Bagian selaput lendir lidah juga terlihat membengkak dan berwarna merah kebiruan.
"Pengiriman sampel untuk menguatkan hasil penyakit. Tapi secara fisik sudah bisa kita lihat itu penyakit sapi ngorok," ungkap Revalinda.
Tulis Komentar