Internasional

Hendak Serang Gedung Putih dengan Roket, Pria Muda Diadili

Ilustrasi (REUTERS/Carlos Barria)

RIAULINK.com - Seorang pria berusia 21 tahun ditangkap dan diadili otoritas Amerika Serikat (AS) karena berencana menyerang Gedung Putih. Pria itu berniat menggunakan sebuah roket antitank untuk membuat lubang di Gedung Putih dan kemudian menyerbu dengan senjata api dan granat. 

Seperti dilansir Reuters, Kamis (17/1/2019), Hasher Jallal Taheb yang berasal dari pinggiran Atlanta, Georgia ini ditangkap oleh Biro Investigasi Federal (FBI) di Gwinnett County pada Rabu (16/1) waktu setempat. Dia telah dihadirkan dalam sidang di pengadilan federal setempat.

"Rencananya adalah untuk menyerang Gedung Putih dan target-target lain di area Washington DC dengan menggunakan bahan peledak, termasuk sebuah alat peledak rakitan, sebuah roket anti tank," sebut jaksa Northern District of Georgia, Byung Pak, kepada wartawan setempat.

Kasus yang ditangani FBI ini mulai mencuat pada Maret 2018 saat seorang warga menghubungi aparat berwenang untuk melaporkan Taheb yang 'diradikalisasi'. Pada 25 Agustus 2018, Taheb menjual kendaraannya dan seorang informan FBI tertarik untuk membelinya.

Kepada informan FBI itu, Taheb lantas mengungkapkan 'harapannya untuk melancarkan serangan di Amerika Serikat terhadap target-target seperti Gedung Putih dan Patung Liberty'. Menurut dokumen kasus ini, Taheb juga memberitahu informan FBI itu bahwa 'jihad adalah perbuatan baik dalam Islam dan puncak dari Islam'.

Kemudian pada Desember 2018, saat bertemu agen FBI yang menyamar, Taheb kembali mengungkapkan niatnya untuk memicu kerusakan sebesar mungkin dan berharap bisa menjadi seorang 'martir'. Tidak hanya itu, Taheb juga meminta agen FBI yang menyamar itu mencari persenjataan dan peledak untuk rencana serangan ke Gedung Putih. 

Akhir bulan lalu, Taheb memberi tahu agen FBI itu bahwa dirinya juga berencana menyerang Washington Monument, kemudian Lincoln Monument dan sebuah sinagoge. Dia bahkan mengungkapkan bahwa dirinya ingin menggunakan senjata semiotomatis, senjata antitank AT-4 dan granat tangan dalam serangan itu.

Disebutkan juga dalam dokumen kasus ini bahwa Taheb berencana melakukan serangan pada 17 Januari waktu setempat.

"Dia menjelaskan rencananya untuk menggunakan AT-4 untuk membuat lubang di Gedung Putih agar kelompoknya bisa masuk. Rencananya adalah masuk ke dalam dan melumpuhkan sebanyak mungkin orang," kata Agen Khusus FBI, Tyler Krueger, dalam testimoninya.