Olahraga

UEFA Ancam Coret Manchester City dari Liga Champions

Bos Manchester City, Syekh Mansour (tengah), dalam sebuah pertandingan Premier League. (Foto: AFP/Andrew Yates)

RIAULINK.com - Bukan rahasia lagi bahwa menjuarai Liga Champions untuk kali pertama adalah mimpi besar Manchester city.  Namun, mungkinkah The Citizens menghalalkan upaya terlarang demi mewujudkan impian berjaya di Eropa?

Skenario itulah yang tengah diinvestigasi UEFA. Dugaan diembuskan media Jerman, Der Spiegel, lewat laporan bertajuk 'Football Leaks'. Disebutkan bahwa Manchester city menyamarkan suntikan dana dari pemilik klub, Sheikh Mansour, dengan label sponsor yang mengalir via konsorsium Abu Dhabi United Group (ADUG).

Contoh kasusnya adalah kesepakatan dengan Etihad Airways sebagai sponsor utama City yang menghasilkan pemasukan 67,5 juta poundsterling per tahunnya. Kabarnya, Etihad cuma mengucurkan dana 8 juta poundsterling dan ADUG menanggung sisanya.

Melalui koneksi Sheikh Mansour pula, City dituding menggelembungkan nominal kerja sama dengan sejumlah perusahaan yang berbasis di Uni Emirat Arab. Selain itu, City diyakini menyembunyikan kompensasi pemecatan Roberto Mancini pada 2013 demi menghindari rapor defisit dalam pelaporan Financial Fair Play.

Rangkaian kecurangan rival sekota Manchester United tersebut coba ditelaah oleh Badan Pengawasan Keuangan Klub. Menurut Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, badan yang dipimpin Yves Leterme bergerak secara independen.

Leterme sendiri merupakan pejabat senior UEFA yang sempat merilis hukuman buat City pada 2014. Kini, dia bisa kembali menjadi sosok antagonis untuk The Citizens lewat potensi sanksi berat berupa pencoretan dari kompetisi antarklub Eropa.

"Jika apa yang dituliskan media-media itu benar adanya, ini mungkin menjadi masalah serius. Masalah yang bisa berujung hukuman terberat: Dicoret dari kompetisi UEFA," tutur Leterme kepada media Belgia, Sport and Strategy.

"Apabila informasi tersebut benar, ini bertentangan dengan kejujuran dalam pelaporan. Financial Fair Play berdasarkan sistem deklarasi. Tiga bulan setelah menutup akun, setiap klub wajib melaporkan angka-angkanya.

"Kemudian, kami melakukan pemeriksaan acak terhadap kebenaran angka-angka tadi. Semua akun diperiksa dan disetujui baik secara internal maupun eksternal," katanya.

Sia-sialah pengorbanan finansial City di pasar transfer apabila UEFA mengambil hukuman terberat yang diutarakan Leterme. Karena memang trofi Liga Champions menjadi target mereka sehingga melakukan belanja besar-besaran dalam memperkuat materi skuat.

Bisa dilihat bagaimana pengeluaran mereka untuk memenuhi keinginan pelatih Pep Guardiola. Sejak sang juru taktik mendarat di Etihad pada 2016, City sudah menghamburkan 541,9 juta pounds di pasar transfer pemain. Itu belum mencakup gaji besar para rekrutan.

Kembali lagi, apakah pantas sebuah klub merajai Eropa setelah melakukan kecurangan secara finansial? Inilah yang perlu diusut UEFA. Terbuka pula kesempatan buat Manchester city membersihkan nama baik mereka apabila tudingan tersebut tak terbukti.