Budaya

Waduh, Angka Stunting di Meranti Capai 1971 Kasus

MERANTI, RIAULINK.COM - Bupati Kepulauan Meranti membuka sekaligus menghadiri kegiatan Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Stunting di Kepulauan Meranti, pada kesempatan itu Bupati menilai penyebab Stunting bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan tapi juga kondisi lingkungan yang tak layak, untuk itu ia meminta Camat untuk mengatur daerahnya untuk menjamin masyarakat hidup lebih layak dan terbebas dari Stunting, bertempat di Ballroom Hotel Grand Meranti, Selatpanjang, Kamis (13/8/2020).

Turut hadir mendampingi Bupati, Asisten III Sekdakab. Meranti H. Rosdaner, Kepala Dinas Kesehatan dr. Misri Hasanto, Kepala Dinas Perikanan Meranti Heldi SE, Kepala Badan Lingkungan Hidup Meranti Drs. Irmansyah M.Si, Kepala Dinas Kependudukan Meranti Drs. Hariyandi, Sekretaris DPMPD Meranti H. Edi M Nur, Ketua IBI Meranti, Para Camat, Kepala UPT Puskesmas, Perwakilan PKK dan organisasi menyangkut masalah ibu dan anak dan lainnya.

Seperti dijelaskan Kepala Dinas Kesehatan Meranti, dr. Misr Hasanto, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang Balita akibat kekurangan gizi, Stunting bisa disebabkan oleh kurannya asupan gizi kepada balita dan pola asuh yang salah dari orang tua.

"Jika dibiarkan tanpa diintervensi melalui program yang tepat akan menimbulkan masalah terhadap Balita mudah sakit, tuberkolosa, diare dan infeksi lainnya. Dan lebih parahnya penderita Stunting tidak dapat sekolah lebih tinggi karena perkembangan otak terganggu," jelas Misri.

Saat ini kondisi Prevalensi Stunting Meranti berada diangka 13 Persen, penderita Stunting tersebar di 16 Desa dan Kelurahan yang telah dijadikan Locus Prioritas penuntasan Stunting. Daerah tertinggi berasa di Kelurahan Selatpanjang Timur 32.11 Persen dan terendah di Desa Alai.

Menurut Kadiskes Misri untuk menuntaskanya perlu dilakukan program pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan semua OPD terkait sehingga sesuai RPJMN Nasional pada Tahun 2024 mendatang Indonesia bebas dari Stunting.

Salah satu yang dilakukan Pemkab. Meranti untuk mengatasi masalah Stunting ini adalah dengan membuat rencana aksi daerah melalui rencana aksi ini diharapkan dapat menurunkan jumlah Balita Stunting di Meranti, meningkatkan status ekonomi keluarga, meningkatkan pola asuh, dan ketahanan pangan keluarga balita stunting.

Dalam sambutannya Bupati mengatakan penuntasan masalah Stunting di Kepulauan Meranti  merupaka pekerjaan yang sangat mulia demi keberlangsunan generasi penerus Meranti.

"Karena ini akan menentukan nasip generasi penerus Meranti pada 10 hingga 20 tahun yang akan datang agar mereka dapat tumbuh seperti yang diharakan dan eksis menjalani kehidupannya. Jika tidak maka banyak generasi muda kita yang tidak bisa bersaing karena kondisi fisik dan otak mereka tidak seperti yang diharapkan," jelas Bupati.

Jumlah penderita Stunting di Meranti sebanyak 1971 Balita atau 13 persen dari total Balita yang ada di 9 Kecamatan dan 102 Desa. Jika mengacu pada standar WHO angka Stunting yang menghawatirkan berada diangka 30 persen keatas, meski begitu Pemkab. Meranti dikatakan Bupati sangat berkomitmen untuk menuntaskan masalah Stunting didaerah agar tidak terjadi peningkatan yang Signifikan.

Lebih jauh dijelaskan Bupati, berkat kerja keras semua OPD yang didukung oleh masyarakat sejak beberapa tahun terakhir angka kemiskinan terus menurun, namun yang menjadi pertanyaan adalah kenapa angka Stunting masih terus bertambah.

Menurut Bupati kondisi itu membuktikan jika melihat kondisi fisik geogafis kewilayahan Stunting bukan saja dipengaruhi oleh faktor kemiskinan tapi oleh tingkat kepadatan penduduk dimana banyak rumah-rumah petak yang padat penduduk di Selatpanjang berada dalam kondisi kumuh, selain itu juga air bersih dan sanitasi.

Senada dengan yang selalu disampaikan oleh Wakil Bupati Meranti H. Said Hasyim, untuk menuntaskan masalah Stanting di Meranti tidak hanya dibebankan kepada Dinas Kesehatan tapi juga harus melibatkan Dinas PU, Lingkungan Hidup, Dinas Perkebunan dan lainnya yang sangat berperan terhadap peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Dan yang tak kalah penting adalah peran aktif dari Camat dan Kepala Desa untuk mengatur daerahnya masing masing.

"Saya minta Camat dan Kades dapat mengatur lingkungan dan wilayahnya masing-masing untuk menjamin masyarakat bisa hidup lebih sehat dengan begitu potensi terjadinya Stanting dapat dicegah," ucap Bupati.

Upaya lainnya yang harus dilakukan untuk menuntaskan Stanting menurut Bupati dengan cara mengaktifkan kembali Posyandu yang gencar memberikan sosialisasi kepada para ibu terkait pentingnya pemberian makanan bergizi pada balita dan yang utama pemberian ASI eksklusif.

"Saya minta seluruh Posyandu kembali diaktifkan, terus lakukan sosialisasi pentingnya pemberian ASI kepada balita yang saat ini semakin berkurang," paparnya Bupati lagi.

Dan kepada pimpinan OPD diminta untuk memberikan ruang dan waktu kepada para pegawainya yang merupakan ibu menyusui untuk memberikan ASI kepada anaknya. Atau dapat menyediakan ruang khusus kepada ibu menyusui.

"Saya minta rencana ini perlu ditindaklanjuti segera dengan aksi nyata," pinta Bupati mengakhiri. (Aldo)