Peristiwa

Kasian, Warga Kampar Riau Ini Sudah 15 Hari Kebanjiran, Warga Butuh Bantuan

RIAULINK.com - Warga Desa Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, sudah 15 hari mengalami kebanjiran. Ketinggian air di pemukiman mencapai satu meter lebih.

Hampir seluruh rumah warga yang dilanda banjir di Desa Buluh Cina akibat luapan air Sungai Kampar.

Meski begitu, warga masih banyak yang bertahan di rumah. Untuk beraktivitas, warga terpaksa menggunakan perahu atau sampan. Namun tidak semua warga punya sampan.

Nazir (44) salah satu warga Desa Buluh Cina mengatakan, hingga hari ini, Senin (17/12/2018) sudah 15 hari banjir.

"Saya dan keluarga masih bertahan di rumah. Kami buat panggung di dalam rumah, karena ketinggian air di dalam rumah sekitar satu meter," akui Nazir seperti dilansir dari Kompas com, Senin.

Dia mengatakan, di Desa Buluh Cina ada sekitar 800 kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir tersebut.

"Hampir semua warga yang kena banjir. Sudah banyak juga yang mengungsi," kata Nazir.

Warga, sambung dia, saat ini mengungsi ke rumah keluarganya di Desa Baru dan tempat tetangga yang lebih tinggi.

Sejauh ini, warga mengaku belum menerima bantuan yang cukup dari pemerintah setempat.

"Bantuan sembako baru sekali datang. Tapi sudah mau habis pula," katanya.

Hal yang sama diakui, Sabariah (51) korban banjir lainnya. Dia mengatakan bantuan dari pemerintah berupa beras, minyak goreng, mi instan, dan telur ayam.

Dia mengatakan, saat ini banjir sudah surut sejak beberapa hari terakhir.

"Turunnya sekitar 30 sentimeter," kata Sabariah.

Para korban banjir ini rata-rata membutuhkan bantuan sembako. Sebab warga tidak bisa bekerja.

"Tidak bisa kerja. Kebun sawit dan karet direndam air. Mau keluar saja tidak bisa, karena saya tidak ada sampan," ujar Jefrizal (38), warga lainnya.

Menurut dia, di Desa Buluh Cina lebih seribu hektar kebun dan ratusan hektar kebun karet yang dilanda banjir. Perekonomian warga lumpuh.

"Sekarang ini kami cuma bisa cari ikan, kemudian dijual," kata Jefrizal.

Dia mengaku juga tidak mengungsi, meski ada posko pengungsian yang sudah disediakan pihak pemerintah setempat.

"Tenda dan dapur umum ada, Pak. Tapi jauh di seberang sana di Desa Baru. Dari desa kami jaraknya sekitar tiga kilometer menyeberang sungai. Uang enggak ada mau bayar ongkos robin (perahu mesin)," sebutnya.

Dia mengaku sejauh ini belum ada warga yang terserang penyakit akibat banjir tersebut.

"Penyakit memang enggak ada, tapi kelaparan yang ada. Karena kami baru sekali dapat bantuan. Sementara dapur umum buat makan ke sana jauh. Harusnya di tengah desa dibuat dapur umum yang tinggi. Jadi biar kami lebih mudah dapat makan," tutup Jefrizal.

Sementara itu,pantauan kompas.com, banjir di Desa Buluh Cina sangat parah. Rumah dan perkebunan warga habis terendam air.

Warga juga terlihat cukup ramai mandi di lokasi banjir, terutama anak-anak. Selain itu, warga memanfaatkan waktu untuk menangkap ikan.

Banjir ini terjadi setelah lima pintu air waduk PLTA Koto Panjang dibuka. Sehingga, warga yang tinggal di sisi hilir sungai rata-rata kebanjiran.