Peristiwa

Sejarah Kelam 12 Desember 1992 Gempa dan Tsunami Flores

RIAULINK.com - Pada 12 Desember 1992, tepat hari ini 26 tahun silam, gempa dengan magnitudo besar mengguncang Laut Flores. Badan Meterologi dan Geofisika mencatat magnitudo gempa itu ada pada skala 6,8. Namun, seperti dilaporkan Kompas (13/12/1992), lembaga geofisika Institut de Physique du Globeyang yang berkedudukan di Strasbourg, Perancis, mencatat magnitudonya mencapai skala 7,5.

Di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, gempa terasa begitu kuat dan membikin ratusan bangunan runtuh. Bahkan beberapa kampung pesisir tenggelam karena daratan yang ambles. Lalu dalam beberapa menit, air laut perlahan naik dan gelombang tinggi menerjang pesisir setelahnya. Sejarak 75 hingga 300 meter daratan pesisir utara Flores porak-poranda dilamun air laut.

Daya rusak tsunami di beberapa titik jadi kian besar karena gelombang masuk ke teluk yang menyempit. Itu paling parah terjadi di Teluk Maumere dan Teluk Hading yang termasuk wilayah Larantuka. Harian Kompas (23/12/1992) melaporkan tiga kampung pesisir di Kabupaten Flores Timur lenyap disapu gelombang.

Keadaan serupa juga menimpa Pulau Babi. Di pulau yang terletak di utara Teluk Maumere itu ada perkampungan warga Buton. Kampung itu berubah jadi puing usai diguncang gempa.

"Bersamaan dengan itu air berlumpur menyemprot dari dalam tanah dan menggenangi lubang di sekitarnya. Tiga menit kemudian air pasang datang dan menyeret semuanya. Banjir ini datang tanpa gemuruh. Gelombang pasang berlangsung lebih kurang 15 menit lamanya dan berkali-kali mendorong puing-puing rumah yang sudah hanyut diantara pohon-pohon kelapa yang tetap berdiri tegak. Ketika surut kembali, semua benda, rumah, perahu dan barang-barang lainnya seolah-olah disapu dibawa ke tengah laut," tutur Kamilius Lukas, salah seorang penyintas bencana, seperti dikutip Kompas (8/1/1993).

Bencana ini diketahui menewaskan lebih dari 2.000 jiwa. Selain itu, tercatat 500 orang hilang, 447 orang luka-luka, dan 5.000 orang mengungsi. Secara keseluruhan tsunami menerjang pesisir utara Kabupaten Ngada, Ende, Sikka, dan Flores Timur. Diperkirakan 18.000 rumah, 113 sekolah, dan 90 tempat ibadah hancur karenanya.

Gempa besar terakhir dan paling mematikan di abad ke-20 itu tentu saja adalah gempa di Laut Flores pada 1992. Muasal gempa di Laut Flores itu adalah Flores Back Arc Thrust atau jamak dikenal sebagai Sesar Naik Flores—sesar yang juga menjadi penyebab rentetan gempa besar di Lombok pada Agustus 2018.