Lifestyle

Kisah Jimmy Tan Mualaf, Hidayah Itu Datang setelah Tiap Subuh Dengar Adzan

Jimmy Tan Foto : Nina Rialita/pojoksumut

RIAULINK.com - Menjadi seorang muslim sangat disyukuri Muhammad Jimmy Tan. Ya, sejak tahun 1999, pria 39 tahun ini resmi menjadi mualaf dengan mengucap ikrar dua kalimat syahadat di Tanjungsari oleh Ketua PBNU Sumut kala itu.

Pemilik Conzep’Tan Resto ini mengurai perjalanan dirinya dari seorang penganut Budha beralih ke Islam. Padahal, bapak enam anak ini juga seorang penghafal injil. Sebab sejak bersekolah, dia selalu dididik dalam sekolah kristen.

“Memang saya seorang muslim yang lahir dari rahim yang kafir. Kebetulan saya memiliki banyak teman muslim dari lajang. Dari SMP sudah berteman dengan muslim. Kebetulan tempat tinggal di depan musala dan tiap subuh selalu mendengar adzan subuh. Mungkin dari situlah hidayah bagi saya,” ujarnya di sela-sela peresmian Musala Al Mualaf, di Komplek J City, baru-baru ini.

Itu tidak hanya dialaminya saat di Kampung Baru, tapi juga saat dia tinggal di Kisaran. Jimmy mengakui sering berpindah-pindah karena hobinya dengan travelling.

Dari situ, dia terus mengenal Islam, hingga akhirnya memutuskan jadi mualaf tahun 1999. Sejak itu juga dia benar-benar serius menjadi seorang muslim, termasuk berguru kepada para ulama. 

“Namanya masih seperti anak TK dalam Islam untuk belajar bagaimana menjadi muslim yang benar. In sya Allah terus belajar dan masih banyak yang harus saya pelajari,” timpalnya.

Memeluk Islam bukan perkara gampang bagi suami dari Lusiana ini. Dia sempat mendapatkan pertentangan dari keluarga besarnya hingga sempat tidak dianggap anak lagi. 

“Alhamdulillah mereka melihat ibadah kita baik, pribadi berubah. Alhamdulillahnya mengerti, akhirnya menerima. Apalagi saya punya anak. Ya diterimanya setelah menikah,” ungkapnya.

Dia menjelaskan saat orang tuanya tidak setuju, warga Komplek J City ini menegaskan sudah memberikan pengertian ke orang tuanya. “Agama saya budha, ilmu saya kristen, karena sekolah kristen dari kecil di Kalam Kudus. Saya penghapal injil. Orang tua enggak setuju, tapi hidup ini kan hidup kita,” tuturnya.

Jimmy mengaku awalnya tak mengalami kesulitan dari seorang penghafal injil menjadi muslim. “Alhamdulillah tidak ada masalah. Malah lebih gampang da memahami,” lanjutnya.

Jimmy mengatakan akan terus dan tekun menjalani muslim. “Apa yang saya jalankan akan saya tekuni. Begitu juga agama Islam. Begitu saya berucap syahadat, berikar, saya akan jalankan ibadah dengan baik,” ungkapnya.

Bangga menjadi muslim inipun ditunjukkan Jimmy saat memutuskan membuka resto. Dia menyiapkan musala yang memadai bagi para karyawannya yang 100 persen muslim. 

“Semua karyawan saya muslim. Supaya muslim harus hebat, muslim harus berhasil semuanya. In sya Allah saya juga masih harus terus belajar dalam Islam ini,” pungkasnya.