Kesehatan

2022, WHO Resmi Tetapkan Kecanduan Game Sebagai Penyakit

Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

RIAULINK.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kecanduan game akan ditetapkan sebagai salah satu penyakit gangguan kesehatan mental pada 2022.

Dalam WHO's International Classification of Diseases (ICD), yang merupakan rujukan tentang penyakit yang bisa didiagnosis, WHO menggambarkan kecanduan game adalah pola perilaku bermain game yang terus menerus atau berulang, sehingga lebih diutamakan daripada kepentingan hidup lainnya.

Mengutip NBC News pada Senin (27/5/2019), Shekhar Saxena, pakar WHO tentang kesehatan mental dan penyalahgunaan zat mengatakan bahwa dalam kasus yang terburuk, seorang pemain game bisa bermain hingga 20 jam sehari. Mereka juga tidak tidur, makan, bekerja, sekolah, atau melakukan hal-hal lainnya.

Saxena menambahkan bahwa kasus semacam itu hanya sebagian kecil ditemukan dalam para pemain game. Namun, mengetahui adanya tanda-tanda secara dini bisa membantu mencegah kecanduan game menjadi lebih parah.

"Ini adalah perilaku sesekali atau sementara," kata Saxena. Selain itu, biasanya perilaku tersebut berlangsung sekitar satu tahun agar bisa didiagnosis.

ICD sendiri terus diperbarui selama 10 tahun terakhir. Setidaknya, ada 55 ribu cedera, penyakit, dan penyebab kematian yang dimasukkan ke dalamnya. Ini menjadi dasar bagi WHO dan para ahli untuk melihat dan merespon sebuah tren kesehatan.

"Ini memungkinkan kita untuk memahami banyak hal mengenai apa yang membuat orang sakit dan meninggal, serta mengambil tindakan untuk mencegah penderitaan dan menyelamatkan kehidupan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan resminya.

Keputusan tersebut mendapat tanggapan dari beberapa industri game. Mereka menyatakan bahwa keamanan produknya sudah diakui lebih dari 2 miliar orang di seluruh dunia.

Selain itu, nilai edukasional, terapeutik, dan rekreasi dari sebuah permainan telah diakui secara luas. Mereka juga mendesak agar WHO mempertimbangkan kembali klasifikasi tersebut.

Namun, dikutip dari Sky News, pemain besar seperti Microsoft telah mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan dari game.

"Kami menempatkan banyak kontrol di berbagai tempat di mana orangtua bisa memanfaatkan beberapa hal seperti waktu di depan layar dan penggunaan game," kata Head of Gaming Microsoft, Dave McCarthy

"Dan kami juga berpikir sebagai industri, ada lebih banyak yang dapat dan harus kami lakukan di sekitar penelitian dan kolaborasi," tambahnya.