Tinggalkan Kebiasaan Buruk Pelajar
Pelajar merupakan seseorang yang sedang menduduki bangku sekolah dengan tujuan utamanya adalah menuntut ilmu. Ada beberapa tingkatan pelajar di Indonesia seperti sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah atas hingga masuk ke bangku perkuliahan. Pelajar juga merupakan suatu kalangan di tengah masyarakat yang selalu menjadi perhatian dan sorotan. Apalagi pelajar sekarang sudah masuk ke era milenial yang mana asumsi bahwa sekolah bukannya hanya untuk menuntut ilmu lalu menjadi seorang yang cerdas tapi juga tentang karakter masing-masing mulai semakin disadari. Perilaku pelajar merupakan kunci utama dalam membentuk karakter setiap pelajar yang akan berdampak pada masa depan dan itu berawal dari sebuah kebiasaan yang mereka lakukan. Sebegitu pentingkah kebiasaan? Sebesar apa dampaknya bagi karakter dan masa depan pelajar? Mari kita bahas.
Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya yang dilakukan secara berulang untuk hal yang sama. Maka dari itu sebuah kebiasaan sangat berdampak pada kehidupan. Sekecil apa pun kebiasaan buruk akan tetap berdampak kepada sesuatu, apalagi ketika kebiasaan buruk tersebut di anggap biasa saja dan bahkan menjadi normalisasi di suatu lingkungan contohnya di lingkungan sekolah. Ada beberapa kebiasaan buruk pelajar yang sudah dianggap biasa saja bahkan yang lebih parahnya di beberapa lingkungan sekolah kebiasaan buruk tersebut menjadi standar sosial bagi sebagian kelompok pelajar yang mana ketika kita mengikuti kebiasaan buruk tersebut kita akan lebih tenang karna bergabung ke dalam mayoritas. Kebiasaan buruk yang menjadi standar sosial pelajar di sekolah sekan akan menjadi sebuah tren yang ketika kita tidak mengikutinya maka kita akan di anggap aneh meskipun kita pada posisi benar. Beberapa kebiasaan buruk yang sudah menjadi standar sosial pelajar ini saya temukan di lingkungan sekitar saya.
Dianggap aneh dan terlalu ambisius ketika mengerjakan tugas di awal waktu. Di beberapa lingkungan pelajar yang pernah saya temukan, sekelompok anak menganggap temannya aneh ketika membuat tugas jauh sebelum deadline yang di tentukan. Banyak dari mereka mengatakan “jika mengerjakan di waktu yang mepet itu lebih baik karna kinerja otak lebih fokus, sehingga lebih mudah untuk membuat tugas”. Padahal kalimat-kalimat seperti itu hanyalah pembelaan diri untuk mereka bisa bermalas-malasan. Bahkan tak jarang pula mereka menyindir hingga menghina anak rajin ini dengan embel-embel sok rajin dan terlalu ambisius. Kejadian seperti inilah yang mendorong semakin berkembangnya kebiasaan buruk satu ini. Padahal mengerjakan tugas di awal waktu itu lebih baik karna dapat melatih kebiasaan agar tidak suka membuang buang waktu dan sebagai pelajar tentunya tugas itu merupakan kewajiban jadi dapat dikatakan normal ketika mengerjakannya jauh sebelum deadline yang di berikan.
Membiasakan diri dengan belajar sistem kebut semalam. Belajar dengan sistem kebut semalam ini sudah tidak asing lagi di kalangan para pelajar, bahkan sudah dianggap biasa saja. Padahal sistem kebut semalam ini banyak menimbulkan kerugian dan dampak negatif pada pelajar seperti ilmu yang di pelajari akan cepat lupa, berkurangnya jam tidur karena begadang semalaman, dan yang paling parah adalah membuat para pelajar terbiasa menunda dan menganggap sepele waktu belajar. Sebagian besar pelajar sengaja menggunakan sistem ini agar lebih banyak waktu kosong untuk bermain dan mereka menganggap ini sebagai normalisasi dilingkungan pelajar. Tanpa disadari kebiasaan seperti ini akan tertanam pada karakter pelajar untuk menjadi seorang yang suka menunda dan tidak bisa mengatur waktu.
Memberikan contekan sebagai rasa setia kawan. Sering kali ketika diadakannya ulangan atau pun ujian di sekolah membuat kebiasaan buruk pelajar terlihat yaitu menyontek teman. Tapi, bagi beberapa siswa yang sudah belajar dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya, melihat teman menyontek bahkan meminta contekan rasanya tidaklah adil. Yang lebih parahnya Sebagian besar kelompok siswa yang sering meminta contekan ini ketika tidak di berikan contekan mereka akan menyudutkan temannya itu, seperti dengan menyebutnya “dasar si pelit” “tidak setia kawan”. Dengan kalimat sebagai pembenaran yang mereka lakukan itu membuat sebagian siswa akhirnya memberikan contekan karna sulit untuk menolaknya, sehingga menyontek sudah di anggap biasa saja bahkan seperti budaya pelajar karna sudah menjadi kebiasaan karna selalu diulang-ulang.
Bolos kelas berkedok izin ke toilet. Poin satu ini mungkin sedikit terlihat aneh dan sepele tapi ini juga sering terjadi di lingkungan pelajar termasuk di lingkungan saya. Kebiasaan ini juga sudah sangat biasa terjadi. Beberapa tujuan siswa yang katanya izin ke toilet tapi malah ke kantin, Tidur ke UKS bahkan pulang. Kebiasaan ini sangat mudah dilakukan apalagi keamanan dan penjagaan lingkungan sekolahnya kurang ketat. Bahkan beberapa siswa yang sudah terbiasa melakukannya dengan bangga menceritakan kebiasaan buruk ini kepada teman yang lain bahkan mengajak teman-temannya juga. Dapat kita bayangkan bagaimana jika kebiasaan ini akan terus berlanjut dan berkembang apakah ada jaminan masa depan bangsa yang cerah di masa depan? Maka dari itu jangan kita anggap kecil segala sesuatu.
Membuat PR di sekolah. Kebiasaan buruk yang paling tidak asing bagi kita semua bahkan sudah seperti budaya karna tidak pernah ditinggalkan oleh pelajar. Kebiasaan ini terjadi karena pelajar sudah terbiasa bermalas-malasan, menyepelekan tugas sekolah, dan memiliki prinsip “yang penting tidak ketahuan guru”, “yang penting bisa di kumpulkan tepat waktu”. Jika dilihat dari beberapa alasan pelajar melakukan ini dikarenakan pelajar hanya memprioritaskan nilai angka pada tugas tersebut tapi tidak kejujuran. Kejadian ini muncul diakibatkan karena menjadi pelajar hanya untuk pintar bukan mengasah karakter menjadi lebih baik. Semakin lama banyak pelajar yang seolah-olah menyengajakan membuat tugas disekolah, contohnya pelajar yang biasanya datang terlambat bisa menjadi datang paling awal demi membuat tugas disekolah. Mereka melakukan kebiasaan buru ini dengan sadar bahkan seperti diusahakan agar berjalan dengan lancar. Sangat mudah untuk kita hilangkan tapi mari kita coba untuk menguranginya. Mulai dari mengubah pola pikir pelajar bahwa sekolah bukan hanya untuk mendapat angka nilai yang tinggi tetapi juga membentuk karakter agar menjadi pribadi yang siap menghadapi kehidupan di masa depan.
Tanpa kita sadari kebiasaan buruk yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut sudah dianggap seperti normalisasi. Padahal sekecil apa pun kebiasaan buruk itu akan tetap berdampak pada sistem pendidikan kita karena di biarkan dan dilakukan secara berulang ulang. Kebiasaan buruk yang terjadi sebagian besar terjadi karena pelajar yang ikut-ikutan saja. sehingga ketika mayoritas di suatu lingkup pelajar melakukan kebiasaan buruk ini akan menjadi sulit untuk di tentang oleh siswa lain karena kita tahu bergabung ke dalam mayoritas akan membuatmu lebih aman. Maka dari itu tak jarang sebagian siswa awalnya terpaksa untuk ikut namun lama kelamaan menjadi terbiasa. Namun ada pula beberapa opini dan pola pikir pelajar yang membuat sulitnya meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Mulai dari mereka yang menganggap itu hanya hal yang sepele jadi ketika sesekali di lakukan maka tidak akan berdampak pada apa pun, kemudian mereka yang menganggap jika hidup terlalu taat pada aturan akan membosankan dan tidak ada kenangan indah nantinya ketika lulus. Padahal membuat kenangan indah tidak harus dengan melanggar aturan atau dengan melakukan kebiasaan buruk yang akan berdampak pada sistem pendidikan serta kepribadian kita ke depannya.
Pola pikir dan opini seperti inilah yang harus kita ubah. Karena pola pikirlah yang melahirkan suatu kebiasaan pada seseorang. Kebiasaan buruk pelajar sangat berdampak pada sistem pendidikan di Indonesia ke depannya serta kepribadian penerus bangsa. Meskipun meninggalkan kebiasaan buruk itu sulit, setidaknya mulailah untuk menguranginya karena segala sesuatu yang terasa berat akan selesai juga ketika kita memilih untuk memulainya. Dan mulai biasakan diri kita fokus pada suatu proses perubahan bukan hasil dari perubahan tersebut. Karena itulah pendidikan. Seperti yang di katakan Aristoteles seorang filsuf dari Yunani “Akar pendidikan itu pahit tapi buahnya manis”. Nah jika bukan kita yang memulai siapa lagi? Ayo tinggalkan kebiasaan buruk para pelajar demi masa depan generasi dan bangsa.
Penulis : Keysha Putri Irfandy
NPM : 2210011311018
Tulis Komentar