Opini

Pengembangan Perilaku Siswa yang Bermoral Dalam Kegiatan Pembelajaran Disekolah

Ilustrasi.net

Setiap orang pada umumnya sulit untuk melepaskan perasaan senang dan tidak senang dari persepsi dan prilakunya ketika berinteraksi dengan suatu obyek tertentu. 

Dalam mental kita selalu saja ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan ikut menentukan kecenderungan perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang sedang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita dipengaruhi oleh ingatan kita akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi. 

(Azwar, 1998: 3) Itulah fenomena sikap yang timbulnya tidak saja ditentukan oleh keadaan obyek yang sedang kita hadapi tetapi juga oleh kaitannya dengan pengalaman- pengalaman masa lalu, oleh situasi saat ini, dan oleh harapan-harapan kita untuk masa yang akan datang. Dengan demikian untuk selalu dapat bersikap positif, seseorang perlu dilatih mentalnya sejak kecil dengan pengalaman-pengalaman.

Pembentukan Sikap dan Perilaku Sikap terbentuk melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman seseorang, dan bukan faktor bawaan (faktor intern) seseorang, serta tergantung obyek tertentu (Jalaluddin, 1996:187). Dengan demikian sikap terbentuk oleh adanya interaksi sosial yang di alami oleh individu. Menurut Darmiyati Zuchdi (1995: 57) bahwa dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu.

Strategi Pengembangan Sikap dan Perilaku Siswa yang Bermoral dalam Kegiatan Pembelajaran di Sekolah Secara teknis, strategi pengembangan sikap dan perilaku siswa yang bermoral dalam kegiatan pembelajaran di sekolah setidaknya dapat ditempuh melalui empat alternatif strategi secara terpadu. Strategi pertama ialah dengan mengintegrasikan konten kurikulum pembelajaran moral yang telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran yang relevan, terutama mata pelajaran agama, kwarganegaraan, dan bahasa (baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah).

Berkaitan dengan implementasi strategi pengembangan moral dalam kegiatan sehari-hari, secara teknis dapat dilakukan melalui:

Keteladanan.

Dalam kegiatan sehari-hari guru, kepala sekolah, staf administrasi, bahkan juga pengawas harus dapat menjadi teladan atau model yang baik bagi murid- murid di sekolah. Sebagai misal, jika guru ingin mengajarkan kesabaran kepada siswanya, maka terlebih dahulu guru harus mampu menjadi sosok yang sabar dihadapan murid-muridnya. Begitu juga ketika guru hendak mengajarkan tentang pentingnya kedisiplinan kepada murid-muridnya, maka guru tersebut harus mampu memberikan teladan terlebih dahulu sebagai guru yang disiplin dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Tanpa keteladanan, murid-murid hanya akan menganggap ajakan moral yang disampaikan sebagai sesuatu yang omong kosong belaka, yang pada akhirnya nilai-nilai moral yang diajarkan tersebut hanya akan berhenti sebagai pengetahuan saja tanpa makna. 

Kegiatan spontan. 

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta didik yang kurang baik, seperti berkelahi dengan temannya, meminta sesuatu dengan berteriak, mencoret dinding, mengambil barang milik orang lain, berbicara kasar, dan sebagainya. Dalam setiap peristiwa yang spontan tersebut, guru dapat menanamkan nilai-nilai moral atau budi pekerti yang baik kepada para siswa, misalnya saat guru melihat dua orang siswa yang bertengkar/berkelahi di kelas karena memperebutkan sesuatu, guru dapat memasukkan nilai-nilai tentang pentingnya sikap maaf-memaafkan, saling menghormati, dan sikap saling menyayangi dalam konteks ajaran agama dan juga budaya.

Teguran.

Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka. 

Pengkondisian lingkungan.

Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa melalui penyediaan sarana fisik yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran moral. Contohnya ialah dengan penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan mengenai nilai-nilai moral yang mudah dibaca oleh peserta didik, dan aturan/tata tertib sekolah yang ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga mudah dibaca oleh setiap peserta didik.

Kegiatan rutin. 

Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah berbaris masuk ruang kelas untuk mengajarkan budaya antri, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, dan membersihkan ruang kelas tempat belajar.

Davit Aries (Magister PGMI UIN SUSKA Riau)