Sosial

Termakan Zaman, Kakek Si Tukang Becak di Inhil Tetap Bertahan

Deretan becak yang terparkir sepi penumpang. (Foto: Ray)

TEMBILAHAN, RIAULINK.COM - Semakin berkembangnya peradaban, banyak hal-hal lawas yang mulai ditinggalkan dan dilupakan. Seperti halnya becak. Transportasi tradisional roda tiga yang menggunakan tenaga manusia ini semakin jarang digunakan masyarakat Tembilahan. Karena saat ini masyarakat sudah banyak yang memiliki kendaraan masing-masing.

Iman, warga Jalan M Boya Tembilahan yang sudah 30 tahun menggantungkan hidupnya sebagai tukang becak yang sering mangkal di Pelabuhan Batam Tembilahan ini menuangkan suka-dukanya selama menarik becak.

"Sekarang tak banyak lagi orang naik becak ni dari pelabuhan, ada yang dijemput, ada yang naik ojek," ujarnya mengawali kisah kepada Riaulink.com.

Disebutkannya bahwa di lokasinya mangkal ada 7 orang pembecak tetap. Namun menjelang lebaran banyak tukang becak luar yang ikut mangkal di sana hingga membuat persaingan semakin kuat. 

"Sepi dah, amun hari biasa 2 bot yang ditunggu. Kadang sehari sekali cuman dapat penumpang, kadang bisa kadak dapat sama sekali sampai tengah hari," ujar ayah 4 orang anak bersuku Banjar ini. 

Lebih lanjut ia menceritakan bahwa becak yang digunakannya untuk mencari nafkah itu merupakan becak sewaan yang mana setiap harinya harus menyerahkan setoran sebesar 3 ribu rupiah kepada pemilik becak. 

"Pokoknya sehari 3 ribu. Rusak tanggung sendiri. Yang mahal tu kalau perbaiki plat, tapi jaranglah plat rusak. Paling kacang-kacangnya. Kalau sehari kadak dapat penumpang, bayar sewa besoknya pulak double," terang Iman.

Meski demikian, kakek 7 orang cucu ini tetap bersyukur. Diutarakannya alasan bertahan membecak ialah karena walaupun mendapat rezeki yang kecil, tetapi kerjaan ini tidak terikat.

"Enak inilah daripada kerja bangunan. Amun bangunan tu paling 50 ribu, kerja sampai sore. Amun ini nyaman tak diperintah orang, yang penting dapat penumpang alhamdulillah," pungkasnya. (Ray)