Ekonomi

Gawat! Mafia Migas Masih Berkeliaran

RIAULINK.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa kali berbicara tentang mafia migas (minyak dan gas) dalam beberapa kesempatan. Jokowi juga sudah memberikan wewenang kepada Komisaris Utama Pertamima Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko untuk memberantas mafia migas.

Mafia migas bisa dibilang seperti lagu lama yang terus terngiang-ngiang. Sudah beberapa kali dicoba untuk diberantas. Lalu apakah benar mereka masih berkeliaran memburu rente?

Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menjelaskan, mafia migas sebenarnya erat kaitannya dengan impor migas. Dia meyakini hal itu, sebab hal itu juga menjadi temuan saat dia menjadi Tim Anti Mafia Migas yang pernah diketuai oleh Faisal Basri.

"Jadi kalau berdasarkan pada hasil temuan kami dulu, kemudian melihat gejala sekarang ini, salah satu indikatornya memang peningkatan impor migas, dan mafia migas bermain di impor tadi, berburu di impor," terangnya kepada detikcom, Minggu (19/1/2020).

Besarnya impor migas memang sudah menjadi perhatian Jokowi. Presiden mengaku sudah mengantongi nama dalang di balik impor migas yang mencapai 800 ribu barel per hari.

Fahmi melanjutkan, lantaran bermain di dalam kegiatan impor, para mafia migas ini melakukan berbagai cara untuk menggagalkan pembangunan kilang. Termasuk rencana-rencana Pertamina bangun kilang.

"Ada upaya sistemik menghalangi pembangunan kilang. Itu kan dikeluhkan Jokowi juga, sudah 35 tahun Pertamina tidak membangun kilang, padahal banyak juga investor seperti Saudi Aramco, ada Rusia, ada OOG (Overseas Oil & Gas) Oman itu sudah dalam tahap penandatanganan framework agreement, tapi sampai sekarang tidak ada satupun yang bisa direalisasikan," tuturnya.

Berdasarkan hal itu, Fahmi yang juga pernah ditugasi memberantas mafia migas yakin, mereka mafia migas masih berkeliaran dan melancarkan aksinya.

Sebelumnya Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyambangi Istana Kepresidenan Jakarta untuk bertemu Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Keduanya membahas masalah tingginya harga gas industri yang salah satunya disebabkan adanya permainan mafia migas.