Nasional

Antisipasi Kecelakaan Laut, Basarnas Imbau Kapal Ikan Pasang Alat Deteksi Dini

Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Nugroho Budi Wiryanto

RIAULINK.COM - Badan SAR Nasional (Basarnas) mengatakan kepadatan transportasi laut di Teluk Jakarta kian padat. Sebanyak 1.300 kapal berlalu lalang setiap bulan dan berpotensi meningkatnya risiko kecelakaan kapal.

"Teluk Jakarta adalah gerbang pertama masuk Ibu Kota melalui jalur perairan. Berdasarkan data dari distrik navigasi Tanjung Priok, awal tahun Juli 2019 ada sebanyak 1.300 kapal dari dalam maupun luar negeri yang melintasi Teluk Jakarta setiap bulannya," ujar Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Nugroho Budi Wiryanto, saat membuka Rakornas SAR 2019, di The Media and Towers, Jakarta Pusat, Selasa (22/10/2019).

Nugroho mengatakan intensitas kepadatan terjadi pada kapal cepat dan kapal perikanan yang kerap berlalu lalang di Perairan Teluk Jakarta. Tercatat jumlah kapal cepat dan kapal perikanan ini mencapai 5.200 dari total keseluruhan sehingga risiko kecelakan untuk kapal-kapal kecil ini dinilai lebih rentan terjadi.

"Jalur penyeberangan kapal cepat dari Teluk Jakarta ke Kepulauan Seribu dan kapal perikanan yang berangkat dari Pelabuhan Muara Baru dan Muara Angke begitu padat intensitasnya, dari data KKP terdapat 5.200 kapal perikanan yang berasal dan berangkat dari DKI ke segala penjuru," ujarnya.

"Kepadatan jalur transportasi laut tersebut tentu berimplikasi pada meningkatkan risiko kecelakaan, berdasarkan data dari kantor SAR kelas A Jakarta, selama jangka waktu Januari-Agustus 2019 telah tercatat sebanyak 450 kecelakaan," lanjut Nugroho.

Nugroho meminta kepada Kantor SAR Jakarta agar lebih giat mensosialisasilan pemasangan alat pendeteksi dini bagi kapal-kapal kecil. Dia mendorong agar pemasangan alat deteksi ini dijadikan regulasi sehingga angka kecelakan kapal dapat diantisipasi.

"Di Jakarta banyak kapal kita yang tidak dilengkapi dengan pendeteksi dini, Automatic Identification System (AIS) dan EPIRB (Emergency Positioning Indicating Radio Beacon). Kita masih sangat kurang, kita perlu memberikan pencerahan keadaan saudara kita, rekan kita, yang memiliki kapal laut," katanya.

"Itu yang kita benahi dari para pemilik kapal, dari kita para aparat pemerintah yang mempunyai tugas untuk membuat aturan-aturan, itu semuanya harus dibicarakan supaya mengurangi terjadinya korban jiwa pada kecelakaan baik di darat maupun di laut," tutur Nugorho.