Hukrim

Kapolres: Dumai Hanya Pintu Masuk Narkoba

Keterangan foto hasil penggagalan penyelundupan 26 paket besar narkotika.

DUMAI, RIAULINK.COM - Kapolres Dumai, AKBP Restika Pardamean Nainggolan mengatakan penggagalan penyelundupan narkotika jenis sabu seberat 27,65 kiligram dan 20 ribu butir ekstasi oleh tim gabungan Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya B Dumai  ternyata bukan untuk diedarkan di wilayah Dumai melainkan ke daratan Pulau Sumatera.

Menurutnya tangkapan dalam jumlah besar tersebut jika dilihat tak sesuai dengan beban yang diangkut oleh kurirnya selaku tersangka SL alias Eman (29) dan MR alias Lili (21).

“Termasuk dalam perkiraan jumlah pengguna khusus untuk Kota Dumai tak sebanding dengan barang bukti hasil tangkapan kemarin (Selasa, 23 Juli 2019 pagi),” sebut mantan Kapolres Siak kepada media, Rabu (24/7/2019) di sela-sela aktivitasnya ini memaparkan.

Disampaikannya, banyaknya penangkapan narkotika jenis apapun yang dalam jumlah besar di kota pelabuhan ini ternyata bukan dari Dumai melainkan didominasi dari wilayah perairan.

“Dan Dumai kerap dijadikan pintu masuk narkotika dari luar daerah termasuk dari luar negeri,”sebutnya.

“Selanjutnya barang haram tersebut diedarkan ke seluruh Sumatera bahkan antar lintas pulau,” tukasnya.

Sebelumnya tim gabungan Bea dan Cukai Dumai, TNI Angkatan Laut dan Kepolisian telah menggagalkan aksi penyelundupan narkotika jenis sabu dan ekstasi di wilayah perairan antara Selat Morong dan Tanjung Jering, Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis yang dibawa dari Malaysia oleh dua orang kurir SL dan MR pada Selasa, 23 Juli 2019 dini hari lalu.

Saat dilakukan penangkapan, sebelumnya sempat terjadi kejar-kejaran antara petugas dan kedua tersangka, namun setelah diberikan tembakan peringatan tiga kali akhirnya para tersangka menyerah juga.

Setelah keduanya kedapatan oleh petugas, pada saat penggeledahan keduanya kedapatan menyimpan barang bukti di dalam kedua tas mereka. Adapun barang bukti berupa 26 paket besar berisi narkotika senilai puluhan miliar yang setidaknya bisa menyelamatkan 158 ribu jiwa penduduk Indonesia. (kll)