Metropolis

Pariwisata Siak Semakin Bersolek, Kini Ada Skywalk Mirip di Korsel

PEKANBARU, RIAULINK.COM - Semilir angin mengusir panas yang mengusik. Riak-riak ombak kecil menari dan berkejaran di birunya sungai Siak menjadi pemandangan langka yang sulit untuk diabaikan. 

Hilir mudik kapal tradisional hingga tangker terkini melintas di antara bangunan eksotis di sungai terdalam di Indonesia tersebut. 

Pemandangan indah itu kian mudah dijamah memenuhi nafsu mata untuk jadi pelepas lelah usai sepekan beraktivitas tanpa jeda. 

Semua itu menjadi daya tarik baru di Kota Istana, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pemkab Siak yang memiliki sejarah panjang sejak zaman kesultanan melalui Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Siak membangun Skywalk Tengku Buwang Asmara. 

Lokasi itu menjadi destinasi wisata baru di tepian Sungai Siak di Kota Siak, Provinsi Riau. Sebagian lantainya diselipkan kaca transparan, membuat pengunjung serasa berjalan di atas air.

Objek wisata yang didalangi Kepala Dinas PU Siak Irving Kahar Arifin ini baru saja diresmikan Bupati Siak Alfedri. Pemerintah setempat berharap wisatawan bisa melihat sejumlah peninggalan sejarah dari atas skywalk.

Skywalk Tengku Buwang Asmara bahkan disebut tak kalah cantik dan canggih dari skywalk yang ada di Negeri Ginseng, Korea Selatan. Bedanya, di Korsel tidak ada dancing light atau lampu menari yang menghiasi Skywalk tersebut.

Beberapa peninggalan sejarah Sultan Siak itu seperti Istana Siak, Mesjid Sultan Syahbudin, Tangsi Belanda, makam Sultan Siak, makam para penasehat Sultan yang jaraknya berdekatan.

Alfedri menyebutkan, nama skywalk diambil dari nama Sultan Siak kedua, yakni Tengku Buwang Asmara. Skywalk ini dibangun pada tahun 2022 lalu dengan ornamen yang diimpor. Tengku Buwang Asmara juga salah satu tokoh yang kini sedang dalam tahap pengusulan sebagai Pahlawan Nasional.

"Skywalk dibangun tiga tahap konstruksi sepanjang 1.076 meter yang membentang mulai dari Rumah Datuk Pesisir (penasihat Sultan Siak) hingga ke destinasi wisata Tangsi Belanda (penjara zaman Belanda)," ujar Alfedri, pada Jumat (17/2/2023).

Tahap pertama, konstruksinya tuntas sepanjang 274 meter. Di tahap ini ada kontruksi berupa kaca tempered 12 milimeter sepanjang 50 meter dan bisa dipijak wisatawan yang melintas.

Jarak antara kaca tempered dengan permukaan air pasang Sungai Siak sekitar 12 meter. Tentunya, keberadaan kaca itu menjadi daya tarik tersendiri di Skywalk Tengku Buwang Asmara.

"Dancing light atau lampu menari di tengah-tengah skywalk menambah kecantikan skywalk jika dinikmati pada malam hari. Dancing light itu tentunya menjadi spot baru instagramable dengan background Istana Siak dan Turap Singapura di seberang skywalk," kata Alfedri.

Alfedri yang meresmikan Skywalk menilai pembangunan di Kecamatan Mempura merupakan cita-citanya. Daerah itu merupakan kampung datuk-datuk dari era Kerajaan Siak. 

Dia ingin menyambungkan situs sejarah kerajaan dengan peninggalan Belanda melalui skywalk. Sebab, peninggalan keduanya berada di tepi sungai Siak.

"Jadi pembangunan Skywalk ini semacam kami membangkitkan batang terendam karena di sini merupakan pusat kejayaan melayu Siak Sri Indrapura dengan Sultan Tengku Buang Asmara di Mempura. Itu 20 tahun kejayaan Siak di daerah ini," ucap Alfedri.

Alfedri meyakini ribuan wisatawan bakal meramaikan Skywalk. Karena, Skywalk dengan ornamen impor seperti dancing light merupakan satu-satunya di Riau.

"Mempura akan bangkit dan kembali berjaya seperti di masa Tengku Buwang Asmara," kata Alfedri. 

Alfedri memang sejak lama memiliki keinginan Siak sebagai 'Kota Kembar' yang nantinya pembangunan merata dari sisi Istana Siak di Kota Siak dan seberangnya Kecamatan Mempura yang memiliki Skywalk. 

"Mudah-mudahan Mempura makin bangkit, supaya menjadi kota kembar dengan Kota Siak. Kalau di Mempura ada makam datuk-datuk penasihat Sultan Siak dan Tangsi Belanda sebagai kawasan cagar budaya tingkat nasional, sedangkan di Kota Siak ada Istana Siak sebagai kawasan kesultanan," jelas Alfedri.

Tak sembarangan, pembangunan Skywalk terlebih dahulu diuji Kemendikbudristek agar tidak menghilangkan makna sejarah di lokasinya. Bahkan, sebelum dibangun, Pemkab Siak mengundang pihak kementerian agar melakukan berbagai uji dan asesmen. 

"Tentunya Skywalk ini sudah dikaji agar tidak mengganggu cagar budaya melalui asesmen. Tidak ada makam dan peninggalan-peninggalan sejarah yang terganggu. Bisa kita lihat tiangnya, ada di air semua," kata Alfedri.

Sementara itu, Kepala Dinas PU Siak, Irving Kahar Arifin mengakui tak mudah membangun Skywalk berskala internasional itu. Dia memiliki banyak referensi dan memutar otak agar Skywalk di Siak lebih cantik dari yang dimiliki daerah lain, bahkan negara lain.

Perencanaan yang matang disiapkan di proyek tersebut agar bisa membangkitkam gairah wisata, khususnya wisata sejarah. Salah satunya adalah destinasi wisata untuk membangkitkan nilai sejarah yang ada di Mempura.

"Skywalk ini sesuai visi-misi Bupati Siak, kita harapkan Siak punya Kota Kembar di Mempura dan destinasi wisata. Kenapa kita buat, karena banyak peninggalan dan bangunan cagar budaya khususnya dari kerajaan Sultan Siak di tepi-tepi sungai ini," jelas Irving.

Wisatawan baik lokal maupun internasional bisa menikmati indahnya Istana Siak dari atas Skywalk di malam hari. Ornamen lampu-lampu juga bisa menjadi pemandangan nan indah. 

Dari atas Skywalk juga terlihat makam para datuk penasihan Sultan Siak di Desa Kampung Tengah, Kecamatan Mempura itu. Kampung itu selama ini dikenal dengan Kampung Datuk-datuk.

Di kampung inilah berkumpulnya rumah dan makam datuk 4 suku. Seperti yakni Datuk Pesisir, Datuk Tanah Datar, Datuk Lima Puluh dan Datuk Kampar yang merupakan penasehat Sultan Syarif Kasim II.

Tak jauh dari situ, bagi wisatawan yang ingin melihat makam Tengku Buwang Asmara jika berjalan ke arah daratan, atau skeitar 500 meter dari pinggir Sungai Siak, tepatnya di Kelurahan Sei Mempura.

Peninggalan Kolonial Belanda, yaitu Tangsi Belanda juga saksi bisu sejarah penjajahan di Siak. Museum itu merupakan destinasi wisata yang menjadi salah satu tujuan wisatawan saat berkunjung ke Kota Siak.

"Masyarakat dan wisatawan bisa menikmati cagar budaya dan peninggalan Kerajaan Siak di tepi sungai ini. Skywalk berada berada di dekat Rumah Datuk Pesisir, di seberang sana ada Istana Siak dan di sini juga ada pohon durian tua," kata Irving Magister Engineering itu.

Skywalk juga diharapkan berdampak positif pada masyarakat setempat. Salah satunya di sektor UMKM dan transportasi dari Tangsi Belanda menuju Rumah Datuk Pesisir.

"Jadi nanti jalan skywalk di atas itu hanya satu arah, dari rumah Datuk Pesisir ke Tangsi Belanda. Jika wistawan parkir kendaraan di sekitaran rumah datuk, maka dari Tangsi Belanda kita minta peran dari masyarakat untuk jualan dan angkutan (sewa) dari Tangsi Belanda ke Datuk Pesisir sehingga ada efek dominonya ke masyarakat," jelasnya.

Sebagai perdana, Skywalk gratis untuk umum mulai sekarang hingga menjelang bulan Ramadhan. Selanjutnya spot wisata yang diminati anak milineal itu kembali ditutup untuk proses finishing dan pemasangan keramik hingga Lebaran Idul Fitri.

"Untuk sekarang kita buka, nanti awal puasa kita tutup kembali karena ada pemasangan keramik sampai 1 minggu jelang lebaran. Jadi ini dibuka sampai jelang puasa bisa dinikmati, tapi nanti kita tutup sementara," katanya.

Jika Skywalk sudah selesai secara keseluruhan, Pemkab Siak akan memberlakukan tarif agar menjadi pemasukan buat pemerintah. Hasil tarif itu juga dimanfaatkan untuk perawatan Skywalk. Termasuk membatasi jumlah pengunjung yang naik agar menjaga konstruksinya.

"Kita sajikan dancing light sekitar 58 meter dan kita berharap ada yang menjaga karena banyak sekali lampu. Tahap kedua juga nanti ada dancing light, beda bentuknya sesuai arahan pak bupati, bakal ada juga colour greader atau cahaya berkejar-kejaran," pungkas Irving.