Peristiwa

Terpapar Penyakit Sapi Ngorok, 88 Ekor Kerbau di Rohul Dipotong Paksa

PEKANBARU, RIAULINK.COM - Peternak yang ada di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) terpaksa melakukan potong paksa terhadap 88 ekor kerbau akibat terpapar penyakit sapi ngorok. Selain ada yang dipotong paksa, juga terdapat 26 ekor kerbau yang mati.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Riau, Herman melalui Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Faralinda Sari mengatakan, sebanyak 88 ekor kerbau yang dipotong paksa tersebut karena sudah cukup parah terpapar penyakit ngorok dan kemungkinan tidak bisa diobati lagi.

"Jadi dari pada kerbau tersebut mati dan tidak bisa dimanfaatkan, peternakan kemudian melakukan potong paksa. Totalnya ada 88 ekor hingga saat ini," kata Faralinda, Jumat (4/11/2022).

Fara menjelaskan, meskipun dipotong paksa, namun daging kerbau tersebut tetap aman dikonsumsi. Karena berdasarkan penelitian, penyakit tersebut tidak berbahaya bagi manusia.

"Dagingnya tetap aman dikonsumsi, karena penyakit ini tidak berbahaya bagi manusia," sebut Faralinda.

Diberitakan sebelumnya, masyarakat yang ada di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) digegerkan dengan ditemukannya adanya hewan ternak jenis kerbau yang mati mendadak. Ratusan kerbau tersebut mati diduga karena terserang penyakit ngorok atau Sepricaemia Epizootica (SE).

"Kami baru dapat laporan hewan ternak mati di Rohul. Penyebabnya sama dengan yang di Kabupaten Kampar, kena SE atau sapi ngorok," kata Faralinda.

Menurut Faralinda, upaya pencegahan untuk penyakit SE ini yakni dilakukan dengan memberikan vaksin. Namun, fakta di lapangan saat ini masih banyak peternak yang enggan hewan ternaknya untuk divaksin.

"Mungkin karena selama ini belum ada kasus ngorok yang tinggi seperti saat ini. Tapi sekarang kan kasus kematiannya ternak cukup tinggi, sampai 90 persen," sebutnya.

Karena itu, pihaknya mengimbau agar para peternak lebih memperhatikan ternaknya. Jika ada ternak yang mengalami sakit, hendaknya ditempatkan dikandang yang terpisah agar tidak menularkan ke hewan ternak lainnya.

"Karena penularan penyakit SE ini juga cepat, terutama dari cairan tubuh ternak. Jadi jika ada ternak yang sakit, hendaknya ditempatkan dikandang saja, jangan digembala apalagi dijual," tukasnya.***