Ekonomi

Petani Melon di Meranti Raup Omset Puluhan Juta Rupiah, Ini Kisahnya...

MERANTI, RIAULINK.COM - Ada pepatah mengatakan hasil tak akan mengkhianati usaha. Hal itulah yang menjadi dorongan Bagas Setiawan terus bersemangat
seakan tidak kenal lelah untuk terus bercocok tanam dan akhirnya berbuah manis, semanis Melon yang ia tanam. 

Memanfaatkan lahan sempit di tengah kota dan permukiman masyarakat, ternyata menghasilkan Melon berkualitas yang tak kalah dengan pertanian modern lainnya. 

Bermodalkan pengalaman serta ketekunan bertani, dengan memanfaatkan lahan seluas 500 m² milik Pemkab Kepulauan Meranti yang berada di Jalan Pertanian, Kelurahan Selatpanjang Kota itu, Bagas menanam berbagai jenis Melon diantaranya Melon Merlin, Kirani dan Semangka Jenar. Walaupun tanaman tersebut ditanam dengan cara Tumpang Sari, namun Bagas berhasil memanenkan Melon sebanyak tiga ton. 

Hasil buah Melon nya yang segar merupakan dari bibit terbaik, untuk bibit  Melon Merlin merupakan produk Bintang Asia, sementara Melon Kirani dan Semangka Jenar merupakan produk dari Tunas Agro. 

Dikatakan Bagas, dengan luas lahan yang terbatas tersebut, ia hanya bisa menanam Melon sebanyak 1.000 batang. Modal menanam keseluruhan, bibit serta pupuk
dan perawatan tanaman sekitar Rp 10 juta. 

Bagas sangat meminimalisasi menggunakan pupuk kimia dan lebih banyak menggunakan kompos. Selain hemat, hal itu membuat buah lebih aman dikonsumsi, apalagi harga pupuk saat ini melambung tinggi. 

"Saya lebih banyak menggunakan kompos yang diolah sendiri ketimbang pupuk kimia. Saat ini pupuk NPK jenis Mutiara 1616 harganya naik 100 persen, dari yang awalnya hanya Rp12 ribu kini jadi Rp20 ribu. 
Kebutuhan pupuk yang saya gunakan sebanyak 2,4 ton dan campuran kimianya hanya 20 persen atau 150 kilo saja, karena kalau banyak juga tidak bagus," ujarnya. 

Awal tanam sampai panen hanya membutuhkan waktu 65 hari, dimana bobot buahnya berkisar 2 kilogram per butiran. Untuk harga jual, Bagas mematok setiap jenis buah dengan harga yang bervariasi. 

"Karena harga BBM naik yang memicu harga pupuk dan lainnya juga naik, saya juga menaikan harga jual, dimana dulunya untuk jenis Melon Merlin perkilonya Rp25 ribu sekarang jadi Rp35 ribu, untuk jenis Kirani dulu harganya Rp35 ribu per kilo sekarang naik jadi Rp50 ribu dan untuk Semangka Jenar harganya tetap yakni Rp15 ribu perkilo, garansi setiap buah adalah manis dan mengandung sukrosa yang sangat tinggi, dibawah gula pasir," ungkapnya. 

Soal pemasaran, Bagas tidak terlalu memikirkannya. Panen yang menghasilkan buah seberat 3 ton tersebut ludes terjual dalam waktu tiga hari. 

"Panen tiga ton, untuk pemasaran dalam daerah saja tidak cukup, tiga hari sudah langsung habis terjual," ucapnya. 

Setiap panen, Bagas bisa menghasilkan omzet senilai Rp25 juta. Itu dinilai lebih dari cukup jika dibandingkan Upah Minimum Kerja (UMK) Kepulauan Meranti yang tidak sampai Rp3 juta atau gaji honorer di Pemkab yang hanya Rp 780 ribu. 

Hasil tersebut belum termasuk tanaman lain yang juga ia tanam seperti cabe. Tidak hanya cukup menghidupi keluarganya, Bagas juga membuka lapangan kerja dengan mempekerjakan 4 orang yang digajinya sebesar Rp 80 ribu perhari. 

"Saat ini ada 4 orang yang diberdayakan untuk bekerja disini, ada yang tugasnya mencangkul, menyiram dan lainnya. Untuk gaji mereka dibayarkan perbulan dengan hitungan Rp 80 ribu perhari dan itu terus berlanjut," kata Bagas. 

Pria yang sudah hampir 8 tahun menanam Melon dengan cara Tumpang Sari itu menuturkan tidak perlu modal terlalu banyak, namun diperlukan ketekunan dan kesabaran, itu dibuktikannya dengan kesuksesan yang diraih saat ini. 

"Untuk berusaha seperti bertani ini soal lahan dan modal bukan jadi suatu hambatan. Asal mau go head, ada rezeki," ujar Bagas. 
 
Kedepannya Bagas berkeinginan memperluas lahan untuk ditanami Melon lebih banyak. Dia juga bercita-cita untuk
menyuguhkan sebuah wisata menarik dengan ragam keindahan nuansa agrowisata, disana pengunjung merasakan sensasi memetik buah sendiri. 

"Kedepannya kalau ada rezeki, lahan disini akan diperluas lagi. Mau kita jadikan wisata petik buah, jadi pengunjung bisa membeli Melon dan memetiknya langsung dari pohon," ujarnya lagi. 

Bagas mengatakan dirinya membuka diri jika ada yang melirik usaha pertanian yang diterapkannya untuk bekerja sama dan hanya sekadar belajar. 

"Mana tau nanti ada yang ingin menanam, bisa koordinasi dan bisa juga kita bekerjasama," ucapnya. 

Bagas yang juga mendapatkan banyak permintaan Melon dari luar daerah bahkan sampai ke luar negeri ini akan segera terjawab, pasalnya Melon yang ditanamnya itu akan mendapatkan sertifikasi dari Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Riau. 

"Permintaan dari luar sangat banyak, dari Pekanbaru, Batam, terakhir dari Singapura yang meminta sampel dan kemudian akan dipasarkan disana. Alhamdulillah 2 jenis Melon dan satu jenis Semangka siap uji mutu di laboratorium, pengambilan sampel sudah dilakukan beberapa waktu lalu," kata Bagas

Untuk mendapatkan hasil dengan kualitas buah yang bagus, selain ketekunan, kata Bagas juga ada perlakuan khusus

"Jadi sertifikasi itu untuk mematenkan produk, karena Melon disini hasilnya sangat bagus dan beratnya juga melebihi dari lazim yang biasanya hanya 2 kilo, itu karena ada perlakuan khusus yang dilakukan, pokoknya orang provinsi bilang Joss. Untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada PPL, Dinas Pertanian yang telah banyak membantu mulai dari izin pemakaian lahan sampai dengan pendampingan," pungkas Bagas. 

Semangat dan keberhasilan Bagas juga tak lepas dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Peternakan (DKPTPP) Kepulauan Meranti. 

Petani dan penyuluh pun menjadi satu profesi yang tidak bisa dilepaskan, saling bergandengan tangan untuk mendampingi dan membina petani dalam melaksanakan budidaya pertanian. 

Adalah Tri Wulandari Sp, PPL di Kecamatan Tebingtinggi yang melakukan pendampingan mulai dari penanaman hingga memasuki musim panen. 

Selain itu juga melakukan diskusi terkait beberapa kendala yang dihadapi petani. Dimana salah satunya hama yang merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh mulai awal penanaman sampai menuju panen. 

Dikatakan, selanjutnya PPL melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui secara spesifik hama penyakit yang menyerang tanaman, agar nantinya dapat memberikan rekomendasi kepada petani upaya pengendalian OPT yang tepat dilakukan.

"Banyak yang kita lakukan terkait pendampingan terhadap petani, mulai dari administrasi sampai kepada pengendalian hama yang nantinya akan ditindaklanjuti oleh petugas OPT, dan ini sistemnya berjenjang," kata Tri Wulandari. 

Dikatakan Tri, terhadap pengambilan sampel sertifikasi oleh DPTPH Provinsi Riau, nantinya akan berguna untuk produk itu sendiri. Tujuannya adalah untuk memberikan jaminan kualitas mutu

Untuk Kabupaten Kepulauan Meranti ada tiga komoditas yang dilakukan pemeriksaan dan verifikasi langsung ke lapangan guna menjaga kemurnian varietas, diantaranya Bawang, Seledri dan Melon. 

"Setelah diuji, produk ini kemudian akan mendapatkan sertifikat yang nantinya harga jual juga bisa bersaing karena bisa dijual secara marketing modern, ada jaminan keluar negeri begitu juga dengan jaminan aman dikonsumsi," jelasnya. 

Ditambahkan, pihaknya meyakini adanya destinasi wisata berbasis agro tersebut bisa mendongkrak ekonomi baru bagi masyarakat yang mampu menarik pengunjung dari berbagai daerah.

“Kedepannya tidak hanya menjadi agrowisata, tapi juga ekosistem ekonomi kreatif yang juga mengedepankan aspek edukasi pertanian,” tuturnya. 

Melon yang ditanam Bagas tersebut
teksturnya cukup tebal dan berwarna kuning. Buah ini sangat beda dengan buah Melon pada umumnya

Hal ini dikatakan oleh Aldo, salah satu wartawan yang sempat mencicipi legitnya Melon tersebut. Aldo mengaku rasa dari buah ini cukup menarik, memiliki rasa yang manis dan nikmat.

"Sangat manis rasa buah Melon nya, kalau untuk kelas kabupaten ini sudah kelas premium dan rasanya sudah cocok untuk dipasarkan keluar," tuturnya.