Zelensky Minta Tolong China Bujuk Putin Agar Setop Invasi ke Ukraina

RIAULINK.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berusaha mencari cara agar bisa berbicara dengan Presiden China Xi Jinping guna membantu membujuk Rusia mengakhiri invasinya yang telah berlangsung hampir enam bulan.
Dalam sebuah wawancara dengan South China Morning Post, Zelensky mendesak China untuk menggunakan pengaruh politik dan ekonominya yang besar atas Rusia untuk mengakhiri peperangan.
"(China) negara yang sangat kuat. Negara ekonomi yang kuat ... Jadi (China) secara politik, ekonomi dapat mempengaruhi Rusia. Dan China (juga) adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB," kata Zelensky dalam wawancara itu seperti dikutip Reuters pada Kamis (4/8).
Zelensky mengatakan dia ingin berbicara langsung dengan Xi lagi setelah sempat bertemu dengan sang presiden China tahun lalu.
Zelensky juga mengatakan sejak invasi skala penuh Rusia di Ukraina, Kyiv telah meminta secara resmi untuk melakukan pembicaraan dengan Xi Jinping.
- Harga Minyak Dunia Turun Pertanda Ekonomi Dunia Sedang Bermasalah
- Khabib Tantang McGregor Tanding Ulang di Arena Tinju
- Pertemuan dengan Negara OKI, Indonesia Harap Perluas Ekspor
- Jokowi: Tujuh Unicorn ASEAN Empat dari Indonesia
- Donal Trump Tegaskan 'Setia' ke Saudi Meski Ada Kasus Pembunuhan Khashoggi
"Tapi kami [belum] melakukan pembicaran apapun dengan China meskipun saya percaya itu akan banyak membantu," ucap dia seperti dikutip SCMP.
Dalam wawancara itu, Zelensky mendesak China menggunakan posisinya di DK PBB untuk menunjukkan bahwa negara di dunia harus mematuhi norma internasional.
Zelensky mengatakan ingin hubungan diplomatik antara Ukraina dan China semakin kuat dan berkembang setiap tahun. Ia juga berujar Xi adalah salah satu orang dari sedikit pemimpin dunia yang setidaknya sekali mengunjungi Ukraina.
Pada 2021 lalu, Xi mengunjungi Ukraina. Lawatan Xi tersebut berlangsung untuk menandai tiga dekade hubungan diplomatik Ukraina-China.
Di tahun yang sama kerja sama perdagangan Ukraina-China melonjak ke rekor tertinggi dengan hampir US$19 miliar atau sekitar Rp283 triliun.
Zelensky, bagaimanapun, memahami bahwa Xi berusaha bersikap netral terhadap perang ini. Namun, ia menekankan invasi Rusia yang menyerang kedaulatannya tak beralasan.
"Rusia adalah penjajah, ini perang di wilayah kami, mereka datang untuk menginvasi. China, sebagai negara besar dan kuat, harus turun tangan dan menempatkan Rusia di posisi tertentu," ucap dia.
"Tentu saja, saya sangat ingin China mempertimbangkan sikap ke depannya terhadap Federasi Rusia," imbuh Zelensky lagi.
Dia meyakini China dan Ukraina memiliki nilai yang sama seperti kecintaan terhadap keluarga dan anak-anak.
Setiap orang, lanjut dia, mencintai anak-anak. Setiap orang ingin hidup damai, dan berharap situasi stabil.
China menolak berpihak dalam konflik perang Rusia-Ukraina. Namun, mereka menjanjikan US$2,37 miliar atau sekitar Rp35 triliun untuk membantu negara yang dipimpin Zelensky.
Ia juga meyakini China memiliki ekonomi yang lebih tinggi sehingga bisa menekan Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mengakhiri perang.
"Saya percaya, saya yakin tanpa pasar China untuk Rusia, Rusia akan merasa semakin lengkap terisolasi secara ekonomi. Itu sesuatu yang bisa China lakukan untuk membuat Rusia sampai perang ini berakhir," jelas Zelensky.
Tulis Komentar