Serambi islam

Kemerdekaan Perempuan di Masa Nabi Muhammad Saw

Nasaruddin umar. Int

RIAULINK.com - Luar biasa Nabi Muham­mad Saw. Yang paling wajib berterima kasih kepada Nabi Muhammad Saw adalah kaum perempuan. Seandain­ya bukan karena perjuan­gan Nabi Muhammad Saw, menurut Prof. I.Haddad, se­orang guru besar di George­town University, Washington Dc, mustahil kaum perempuan bisa menikmati kemerdekaan seperti saat ini. Nabi sendiri mem­berikan contoh di dalam keluarganya, bagaimana memberikan kebebasan dan kemerdekaan terh­adap kaum perempuan. Isteri-isteri Nabi terutama Aisyah telah menjalankan peran politik penting. Selain Aisyah, juga banyak perempuan lain yang terlibat dalam urusan politik, mereka banyak ter­libat dalam medan perang, dan tidak sedikit di antara mereka gugur di medan perang, seperti Ummu Salamah (isteri Nabi), Shafiyyah, Lailah Al-Ghaffariyah, Ummu Sinam Al-Aslamiyah.

Sedangkan kaum perempuan yang aktif di dunia politik dikenal misalnya: Fatimah binti Ra­sulullah, 'Aisyah binti Abu Bakar, 'Atika binti Yazid ibn Mu'awiyah, Ummu Salamah binti Ya'qub, Al- Khoizaran binti 'Athok, dan lain sebagainya. Da­lam bidang ekonomi perempuan bebas memilih pekerjaan yang halal, baik di dalam atau di luar rumah, mandiri atau kolektif, di lembaga pemer­intah atau swasta, selama pekerjaan itu dilaku­kan dalam suasana terhormat, sopan, dan tetap menghormati ajaran agamanya. Hal ini dibukti­kan oleh sejumlah nama penting seperti Khadi­jah binti Khuwailid (isteri Nabi) yang dikenal se­bagai komisaris perusahaan, Zainab binti Jahsy, profesinya sebagai penyamak kulit binatang, Ummu Salim binti Malhan yang berprofessi se­bagai tukang rias pengantin, isteri Abdullah ibn Mas'ud dan Qilat Ummi Bani Anmar dikenal se­bagai wiraswastawan yang sukses, Al-Syifa' yang berprofessi sebagai sekretaris dan pernah ditu­gasi oleh Khalifah Umar sebagai petugas yang menangani pasar kota Madinah. Begitu aktif kaum wanita pada masa Nabi, maka Aisyah per­nah mengemukakan suatu riwayat "Alat pemintal di tangan wanita lebih baik dari pada tombak di tangan kaum laki-laki". Dalam riwayat lain Nabi pernah mengatakan "Sebaik-baik permainan se­orang perempuan muslimah di dalam rumahnya adalah memintal/menenun". 

Jabatan kontroversi bagi kaum perempuan adalah menjadi Kepala Negara. Sebagian ula­ma masih menganggap jabatan ini tidak layak bagi seorang wanita, namun perkembangan masyarakat dari zaman ke zaman pendukung pendapat ini mulai berkurang. Bahkan Al-Maudu­di yang dikenal sebagai ulama yang secara leb­ih tekstual mempertahankan ajaran Islam sudah memberikan dukungan kepada Fatimah Jinnah sebagai orang nomor satu di Pakistan. 

Dalam bidang pendidikan tidak perlu diragu­kan lagi. Al-Qur'an dan hadits banyak memberi­kan pujian kepada laki-laki dan perempuan yang mempunyai perestasi dalam ilmu pengetahuan. Al-Qur’an menyinggung sejumlah tokoh wanita yang berprestasi tinggi, seperti Ratu Balqis, Mary­am, Isteri Fir’aun, dan sejumlah Isteri Nabi. 

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi per­nah didatangi kelompok kaum perempuan yang memohon kesediaan Nabi untuk menyisihkan wak­tunya guna mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam sejarah Islam klassik ditemukan beberapa nama wanita yang menguasai ilmu pengetahuan penting seperti 'Aisyah isteri Nabi, Sayyidah Sakinah, putri Husain Ibn Ali ibn Abi Thalib, Al-Syekhah Syuhrah yang digelari dengan "Fikhr al-nisa" (kebanggan kaum wanita), adalah salah seorang guru Imam Syafi', Mu'nisat al-Ayyubi (saudara Salahuddin Al-ayyubi), Syamiyat al-Taimiyah, Zainab, putri seja­rawan Al-Bagdady, Rabi'ah al-Adawiyh, dan lain se­bagainya. Keberadaan Nabi Muhammad Saw tidak bisa dipisahkan dengan pembebasan kaum perem­puan dari belenggu tradisi misoginis, sebuah faham teologi yang mengharuskan seseorang membenci perempaun karena mereka yang menyebabkan anak manusia turun dari langit kebahagiaan ke bumi penderitaan.