Internasional

Erdogan Batal Usir 10 Duta Besar Negara Asing

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Foto: AFP/ADEM ALTAN)

RIAULINK.COM - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan umumkan batal usir 10 duta besar sebagai upaya meredakan krisis diplomatik.

"Kami percaya bahwa para duta besar ini, yang telah memenuhi komitmen mereka terhadap Pasal 41 Konvensi Wina, mereka akan lebih berhati-hati sekarang," ujar Erdogan Senin (25/10) malam dalam sebuah pernyataan di siaran TV.

Para duta besar, termasuk dari Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman pekan lalu menyerukan pembebasan Osman Kavala, yang telah berada di penjara Turki selama empat tahun menunggu persidangan atas tuduhan tidak berdasar.

Duta besar negara lainnya seperti Belanda, Kanada, Denmark, Swedia, Finlandia, Norwegia dan Selandia Baru juga bergabung dalam tuntutan tersebut.

Kasus ini dimulai ketika sepuluh duta besar berbagai negara di Ankara mengeluarkan pernyataan bersama berisikan kritikan terhadap penahanan Kavala yang mereka anggap sebagai "bayang-bayang" Turki. Pernyataan ini disampaikan pada Senin (17/10).

Dubes negara-negara terkait menyerukan penyelesaian yang adil dan cepat untuk kasus (Kavala).

Akibat aksi ini, Kementerian Luar Negeri Turki memanggil sepuluh duta besar negara tadi pada Selasa (18/10).

Pada Sabtu (23/10), Erdogan mengumumkan bahwa dirinya telah mengusir sepuluh duta besar negara yang ikut serta mendukung Kavala.

"Saya telah memerintahkan menteri luar negeri kami untuk mengumumkan sepuluh duta besar negara asing tersebut akan di-persona non grata secepatnya," ujar Erdogan, Sabtu (23/10).

Walaupun demikian, Erdogan tak menyebut waktu tepat kesepuluh duta besar tersebut resmi diusir. Namun, Erdogan menegaskan, "Mereka harus pergi dari sini pada hari mereka tidak lagi bisa di Turki."

Osman Kavala yang mereka bela sendiri merupakan seorang filantropis sekaligus aktivis kelahiran Paris. Turki menahan pria 64 tahun itu sejak 2017 tanpa vonis hukuman.

Meski tidak terlalu dikenal secara internasional, Kavala telah dinilai menjadi simbol bagi para pendukungnya di tengah tindakan keras rezim Erdogan dalam merespons upaya kudeta gagal 2016 lalu.

Kavala menjadi tahanan politik yang paling terkemuka di Turki. Penangkapannya sendiri dilakukan karena pemerintah beranggapan Kavala mencoba menggulingkan pemerintahan Erdogan. Ia dituduh membiayai dan mengatur protes anti-pemerintah yang berlangsung pada 2013 yang dimulai di Taman Gezi.