Lingkungan

Mengubah 'Nasib' dari Koto Gasib

SIAK, RIAULINK.COM - Asap hitam pekat mengepul membumbung ke udara. Belasan warga berjibaku mengendalikan sumber si asap hitam. Keringat bercucuran, oksigen semakin menipis dan kian menguras tenaga.

Kebakaran itu merupakan ulah seorang oknum warga yang nekat membersihkan lahan dengan cara membakar. Cuaca panas terik membuat api tak terkendali. Beruntung, kepala desa yang mendapat informasi kebakaran itu melapor melalui aplikasi berbasis android bernama Dashboard Lancang Kuning.

Tak butuh waktu lama, belasan TNI, Polri, dan pemadam kebakaran yang tergabung dalam Satgas Karhutla Riau tiba. Mereka langsung membantu upaya pemadaman.

Beberapa saat kemudian, tiga unit mobil pemadam kebakaran tiba. Semangat para pemadam Karhutla itu pun sesaat terpompa. Saat pemadaman berlangsung, deru baling-baling helikopter yang mengudara tak jauh dari lokasi kebakaran memekakkan telinga.

Helikopter pengebom air itu membawa ember raksasa berkapasitas lima ton air. Air pun tumpah dari udara.

Gambaran di atas merupakan simulasi penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang diselenggarakan di Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak, Riau, Selasa (18/8).

Simulasi dibuat senyata mungkin saat Satgas berhadapan dengan musim kering. Tak ada yang main-main dalam urusan Karhutla.

Seluruh unsur Satgas Karhutla Riau terdiri dari TNI, Polda Riau, Pemerintah Provinsi Riau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Manggala Agni, masyarakat peduli api hingga perusahaan terlibat dalam simulasi tersebut.

Simulasi ini dilaksanakan sehari setelah perayaan HUT RI ke-75, Selasa. Prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan Riau harus segera bersiap memasuki musim kering periode kedua tahun 2020 ini. Musim kering diprediksi bakal berlangsung hingga akhir Oktober mendatang.

Musim kering di Riau berarti ancaman nyata Karhutla di depan mata. Riau pernah punya pengalaman buruk pada 2015 silam saat jutaan warganya dipaksa menghirup asap pekat berminggu hingga berbulan lamanya.

Riau tak ingin itu terulang kembali. Semua langkah diambil dengan pasti. Semua kemungkinan diuji. Alhasil, Riau cukup berhasil. Empat tahun terakhir, kebakaran berhasil ditekan, walau belum sepenuhnya hilang.

Pada 2020 ini, ujian itu kembali datang. Namun, semua persiapan matang telah dilakukan. Semua sumber daya yang ada dikedepankan. Mulai dari teknis lapangan hingga bersahabat dengan teknologi. Salah satu diantara yang berhasil dicetuskan adalah aplikasi Dashboard Lancang Kuning.

Aplikasi itu dikembangkan oleh Polda Riau. Unik memang, saat polisi yang justru tergerak untuk mengembangkan sebuah aplikasi layaknya start-up berbasis teknologi. Namun, tak ada yang tak mungkin bagi Agung Setya Imam Effendi. Perwira Polisi berpangkat jenderal bintang dua itu menepis semua keraguan, hingga akhirnya berbuah penghargaan.

Adalah Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) yang baru-baru ini memberikan penghargaan profesional, modern dan terpercaya (Promoter) kepada Polda Riau yang ia pimpin. Penghargaan yang berarti pengakuan akan langkah Polda Riau yang dinilai sukses mencegah kebakaran hutan dan lahan.

Direktur Eksekutif Lemkapi Dr Edi Saputra Hasibuan di Kabupaten Siak, mengatakan penghargaan itu diberikan kepada Polda terbaik di Indonesia. Menurut dia, penghargaan tersebut merupakan hasil dari kajian yang dilaksanakan Lemkapi dalam beberapa bulan terakhir.

"Kami dalam beberapa bulan terakhir ini melakukan penelitian termasuk melihat tingkat kepuasan masyarakat dalam pelaksanaan Karhutla di Riau yang angkanya mencapai 83,6 persen. Itu sangat tinggi, banyak sekali dukungan masyarakat," kata dia.

Salah satu kepuasan masyarakat itu, kata dia bersumber dari langkah pencegahan Karhutla terintegrasi berbasis teknologi yakni dashboard Lancang Kuning yang diusung Polda Riau.

"Dashboard Lancang Kuning, ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Riau," lanjut Edi.

Meski mendapat penghargaan itu, Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi tetap mengatakan bahwa keberhasilan Bumi Lancang Kuning dalam mengatasi Karhutla merupakan buah dari kerjasama seluruh Satgas.


"Ini merupakan kolaborasi mantap antara sumber daya manusia, sistem dan teknologi sehingga penanganan karhutla lebih terintegrasi," kata Agung.

Sebelum mendapat pengakuan dari Lemkapi, aplikasi itu sejatinya juga disoroti oleh Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Idham Aziz. Bahkan, Dashboard Lancang Kuning kini tak hanya digunakan Polda Riau, melainkan 12 Polda di Indonesia yang rawan Karhutla dan menjadi Dashboard Lancang Kuning Nusantara.

Agung mengatakan aplikasi besutannya ini terus berbenah. Agung tak ingin aplikasi ini menjadi kering inovasi mengikuti perkembangan zaman. Aplikasi ini terus diperbarui sehingga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, walaupun nanti dirinya tak menjabat Kapolda lagi.

"Kalau tidak berinovasi akan mati dengan sendirinya seperti aplikasi lainnya," kata Agung.

Selain teknologi, Agung selalu minta pendapat kepada ahli, datuk atau pemangku adat serta masyarakat. Semua pihak diajak berdiskusi untuk melihat api kebakaran lahan seperti apa dan seperti apa solusi yang dibutuhkan.

"Terimakasih kepada Gubernur Riau, Lanud, Lanal, Koremdan masyarakat yang berkontribusi memadamkan karhutla. Semoga tahun ini bisa menuntaskan karhutla, setiap hari bisa melihatmu langit biru," beber dia.

Sementara itu, Gubernur Riau Syamsuar menyebut sudah menyediakan aplikasi ini di ruang kerjanya untuk memantau kebakaran lahan di Riau. Dia pun mengakui Dashboard Lancang Kuning dalam membaca titik api tiap harinya.

"Tahun lalu itu ada 5.036 hektare terbakar, tahun ini dalam bulan yang sama kebakaran lahan 1437 hektare," ucap Syamsuar.

Syamsuar menyatakan, Pemerintah Riau lebih cepat menetapkan status siaga karhutla dibanding tahun lalu. Tujuannya agar bupati dan wali kota lebih cepat mengkonsolidasikan personel Satgas Karhutla di daerah.

Selain TNI dan Polri, Syamsuar juga mengakomodir keterlibatan perguruan tinggi tahun ini. Setiap mahasiswa melaksanakan penyuluhan karhutla saat kuliah kerja nyata.(ant)