Riau

Kepala BNNP Riau: Peredaran Narkoba di Riau Sudah MASIF, 80 Persen Masuk Via Perairan

Kepala BNNP Riau Brigjen Kenedy

PEKANBARU, RIAULINK.COM - Provinsi Riau sebagai pintu masuk Narkoba ke Indonesia dari luar negeri, khususnya Malaysia tak terbantahkan lagi.

Riau bisa dikatakan darurat Narkoba.
Inilah yang menjadi atensi dari Kepala BNNP Riau, Brigjen Kenedy.

Pasca diamanahi bertugas di Bumi Lancang Kuning,  Brigjen Kenedy menyatakan komitmennya untuk perang melawan sindikat Narkoba.

Ia juga langsung tancap gas, menyikat para kurir, pengedar dan bandar.

Belum genap sebulan, jajarannya sudah sukses mengungkap kasus Narkoba dalam jumlah cukup besar.

Akan seperti apa sepak terjang Brigjen Kenedy di Riau? Simak wawancara khusus Tribun dengan Jenderal polisi bintang satu tersebut:

Tribun: Sebelum bertugas, tentunya anda sudah tahu bagaimana kondisi di Riau.
Apa pendapat anda tentang Bumi Lancang Kuning?

Saya sebelum di Riau jadi Kepala BNNP di Sulbar.
Selama 8 bulan lebih. Lalu ke Riau.
Saya sebenarnya lama di Riau, kalau digabungkan masa dinasnya itu sekitar 15 tahun.

Jadi karakteristik Riau tidak asing bagi saya.
Saya bilang, saya seperti pulang kampung.

Saya punya gambaran bahwa Riau menjadi provinsi yang karakteristiknya berbeda.

Masyarakatnya berbeda, income perkapitanya mungkin lebih baik dari daerah lain.

Jadi saya saat ditugaskan di Riau, selain pulang kampung, saya juga akan mengabdi untuk Riau.

Saya ingin menghabiskan waktu dinas saya di Riau juga tidak masalah, saya tinggal 2,5 tahun lagi.

Saya akan memerangi Narkoba, akan menekan peredaran Narkoba, karena di mata saya, Riau sudah masif sekali peredaran Narkobanya.

Tribun: Riau masuk 5 atau 10 besar tingkat peredaran Narkoba tertinggi di Indonesia. Semasif apa Narkoba di Riau?
Sering saya katakan, Riau menjadi salah satu provinsi yang menjadi pintu masuk Narkoba.

Geografis yang menguntungkan, dekat dengan Malaysia.

Panjang pantai Sumatera itu ada sekitar 680 km.

Belum pulau-pulau kecil.
Itu pengawasan masuknya Narkoba, tidak bisa maksimal.

Tanpa didukung dan peran serta masyarakat dalam memberantas peredaran gelap Narkoba.

Banyak pelabuhan kecil atau pelabuhan tikus kata orang di Riau, ini menjadi potensi besar, menjadi kerawanan masuknya Narkoba yang banyak masuk itu sabu-sabu.

Begitu dekatnya Riau dengan Malaysia, khususnya Rupat. Itu memudahkan mereka para bandar.

Bahkan mengelabui sekarang pakai kapal besar, masuk ke pompong kecil.
Lalu dibawa masuk ke Riau.

80 persen Narkoba masuk lewat perairan.
Tribun: Sudah hampir satu bulan anda bertugas di Riau, sudah ketemu 'formula' untuk menyikat habis para sindikat Narkoba?

Kenedy: Ada, sudah. Sebetulnya yang dilakukan BNN itu ada tiga bidang.
Pertama pemberantasan.

Di sini kita menangkap, menahan, pokoknya bertindak.

Ada tugas lain kita, yaitu pencegahan dan pemberdayaan masyarakat.
Kita lakukan edukasi.

Kita bentuk kelompok-kelompok penggiat anti Narkoba.

Ketiga ada bidang rehabilitasi. Ini tidak kalah penting. Ini untuk masyarakat yang sudah kecanduan.

Menjadi korban dari Narkoba.
Tribun: Untuk di Riau, daerah mana yang rawan terjadi penyelundupan Narkoba?

Kenedy: Kita sudah mapping, tapi secara umum itu daerah pantai.

Tidak bisa disebutkan kampung ini atau kampung itu.

Karena geografis kita yang memang berhadapan atau berbatasan langsung dengan Malaysia.

Indonesia memang dipandang sebagai pangsa pasar yang empuk untuk Narkoba.

Tribun:Seiring perkembangan waktu, modus operandi para sindikat Narkoba terus berubah. Seperti apa menyiasatinya?

Kenedy: Pola dan modus mereka pasti, itu pasti berubah.

Mereka lebih canggih. Mereka pintar.
Menerapkan skema jaringan terputus.

Seperti kemarin yang kita ungkap, dibawa dari Tembilahan, nanti sampai di tujuan diletakkan di suatu tempat, nanti ada yang ngambil. Tidak ada ketemu, tidak ada kontak para kurirnya.

Untuk mengelabui kita juga mereka pakai kemasan tertentu. Kemarin ada yang bungkusan Milo, sebelumnya kemasan teh.

Ada banyak lagi. Ada yang ditaruh di tiang listrik.

Bermacam-macam cara, yang penting barang masuk.

Kita juga harus jeli, kita kan juga punya tim K9 (Unit Satwa,red). Ada 2 ekor.

Kita juga jalin kerjasama dengan Ditres Narkoba Polda Riau. Kita bersama-sama memberantas Narkoba.

Tribun: Tentang penerapan hukum yang sudah cukup maksimal, tidak sedikit yang dihukum mati, tapi tidak membuat pelaku jera? Menurut anda?

Kenedy: Penerapan hukum saya rasa dari aparat penegak hukum tidak main-main kalau masalah Narkoba.

Soalnya masalah Narkoba itu kan, dikatakan bisa lost generation. Generasi akan hancur.

Tapi sudah begitu beratnya hukuman, tetap orang masih main-main sama Narkoba.

Untuk itu kita diharapkan juga kita bisa konsisten, para penegak hukum, supaya tidak main-main.

Kalau pengedar, wajib kita hukum seberat-beratnya.

Tribun: Apa lagi upaya BNNP Riau dalam penanganan kasus Narkoba? Selain mengenakan hukuman pidana bagi pelakunya?

Kenedy: Kita akan memiskinkan mereka, kalau terbukti dia sebagai pemasok, bukan saja dia dikenakan hukuman pidana tentang narkotika, tapi Tindak Pidana Pencucian Uang (TTPU) juga kita terapkan. Kita miskinkan.

Ada di Tembilahan di Inhil, yang kita tangani kasusnya, kita miskinkan. Jangan sampai berkembang dan hidup lagi.

Tribun: Sejauh ini apa yang menjadi kendala di lapangan yang dihadapi petugas dalam penanganan kasus Narkoba?

Kenedy: Kendala ada. Masalah internal kita saya tidak bisa ngomong.
Tapi saya tekankan ke jajaran, kita harus terus action.

Walau dengan keterbatasan.
Kalau kendala di luar, kadang kala gembong-gembong Narkoba itu, tak sedikit mereka yang royal dengan masyarakat.

Ngasih-ngasih masyarakat.
Tapi masyarakat jangan terlena, dia ngasih-ngasih itu pasti ada tujuan.

Kalau kita masuk ke suatu tempat yang di situ tempatnya Narkoba misalnya, kadang masyarakat ngasih informasi ke bandar.
Itu modus mereka para gembong, jaringan internasional.

Itu membuat keuntungan bagi mereka.
Ada juga yang sampai memberdayakan anak-anak.

Dikasih handphone, kalau ada polisi atau petugas BNN, diinformasikan ke mereka.
Jadi masyarakat jangan mau diberdayakan, dimanfaatkan.

Kita imbau jangan terpancing dengan uang-uang begitu.
Itu cuma modus mereka.

Narkoba itu masalah nusa. Kalau sudah nusa hancur, bangsa juga hancur.
Anak cucu kita akan kena.

Masyarakat harus berpikir ke sana.
Tribun: Terakhir apa himbauan anda untuk masyarakat luas dalam konteks memerangi Narkoba?

Kenedy: Tolong masyarakat Riau, jangan terpengaruh dengan masifnya peredaran Narkoba.

Kita harus waspada, kita harus lindungi anak cucu kita.
Jangan sampai generasi kita hilang dan hancur.

Mari kita bahu-membahu mengantisipasi masuknya peredaran gelap Narkoba.
Terimakasih untuk masyarakat yang sudah antusias, mengikrarkan dirinya, untuk perang melawan Narkoba.

Ayo kita perangi bersama.
Setidaknya kita mengurangi Narkoba di Riau ini.