Internasional

Uji Coba Sukses! Vaksin Corona China Hasilkan Antibodi COVID-19 dalam 14 Hari

RIAULINK.COM - Para ilmuwan di seluruh dunia tengah mengembangkan vaksin yang efektif untuk COVID-19. Seperti angin segar, para peneliti di China menyatakan telah menemukan satu kandidat vaksin yang mampu memicu kekebalan orang dewasa hanya dalam 14 hari dan membantu memerangi infeksi virus Corona.

Studi baru yang diterbitkan di jurnal Lancet tersebut menuliskan bahwa potensi vaksin COVID-19 aman, dapat ditoleransi dan efektif untuk respons kekebalan tubuh setelah diuji pada manusia.

"Hasil ini adalah tolak ukur yang penting. Studi menunjukkan dosis tunggal dari vektor baru adenovirus tipe 5 COVID-19 (Ad5-nCoV) menghasilkan vaksin antibodi spesifik virus dan sel T dalam 14 hari," kata Wei Chen, seorang profesor dari Institut Bioteknologi Beijing di Beijing dalam sebuah pernyataan dikutip dari Medical Daily.

Para peneliti mengatakan vaksin Ad5-nCoV adalah vaksin virus Corona potensial pertama yang diuji pada manusia di tengah pandemi. Percobaan manusia baru-baru ini berfokus pada keamanan dan kemampuan dosis yang berbeda untuk menyebabkan respon kekebalan terhadap penyakit.

 

Dalam penelitian tersebut, peneliti merekrut 108 orang dewasa yang sehat, berusia antara 18 dan 60 tahun dan bebas virus Corona untuk menerima vaksin di Wuhan, China. Tim kemudian membagi peserta menjadi beberapa kelompok yang menerima injeksi intramuskular tunggal pada dosis rendah, dosis menengah atau dosis tinggi.

Hasil menunjukkan bahwa semua tingkat dosis memicu respons kekebalan dalam bentuk antibodi yang mengikat setelah dua minggu vaksinasi. Setelah 28 hari, vaksin Ad5-nCoV tampak ditoleransi dengan baik pada semua dosis tanpa efek samping yang serius pada semua peserta.

Sebagian besar peserta juga menunjukkan peningkatan empat kali lipat pada antibodi hampir sebulan setelah menerima vaksin COVID-19 dan lebih dari setengahnya memiliki antibodi penetralisir terhadap penyakit.

Namun, para peneliti mencatat percobaan manusia pertama ini memiliki beberapa keterbatasan. Ini melibatkan ukuran sampel kecil dan mengikuti para peserta untuk waktu yang singkat.

"Hasil ini harus ditafsirkan dengan hati-hati. Pengembangan vaksin Covid-19 belum pernah terjadi sebelumnya, dan kemampuan untuk memicu tanggapan kekebalan ini tidak selalu menunjukkan bahwa vaksin akan melindungi manusia dari COVID-19," pungkas Chen.