Kesehatan

Bocah 4 Tahun di Inhil Derita Kanker Mata, Butuh Bantuan Operasi

INHIL, RIAULINK.COM - Putra Ramadhan (4), bocah kelahiran Sungai Piring, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragiri Hilir, membutuhkan bantuan dan uluran tangan untuk penyembuhan penyakit kanker mata yang dideritanya. 

Muhammad Ramadhan divonis menderita penyakit kanker mata sebelah kanan sejak tiga tahun terakhir. Saat ini ia dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Puri Husada Tembilahan untuk mendapatkan perawatan.

Setiap bulannya, Putra Ramadhan harus dirujuk ke Kota Pekanbaru untuk kemoterapi. Setidaknya sudah sekitar 25 kali kemoterepi dijalani Putra demi kesembuhannya.

Putra semata wayang dari pasangan Dedi dan Leha itu tampak hanya terbaring lemah dengan kondisi tubuh yang sangat memprihatinkan. Sejak satu setengah bulan terakhir Putra tidak lagi bisa berdiri karena bagian kaki dan lututnya mengalami pembengkakan. 

Pembengkakan itu sendiri, dijelaskan Dedi merupakan efek dari menyebarnya penyakit yang diderita Putra ke bagian tulang dan sarafnya. Sesekali darah juga terlihat keluar dari bagian mata dan tubuhnya hingga membutuhkan transfusi darah. 

Dedi menjelaskan, awal mula penyakit yang diderita Ramadhan diketahui bermula dari adanya bercak putih di bagian bola mata sebelah kanan. Waktu itu ia pun sempat membawa putranya ke Puskesmas setempat.

“Kita orang kampung ini kan tidak tau ya hanya berobat kampung saja, karena diagnosa dokter hanya alergi biasa,” jelas Dedi.

Selang beberapa waktu, Putra menderita demam panas tinggi dengan kondisi mata memerah hingga menimbulkan benjolan kecil di bagian bola matanya.

Benjolan di mata Putra semakin hari makin membesar. Saat kembali diperiksa Putra pun divonis menderita kanker mata.

Keadaan psikologi bocah empat tahun itu juga tampak tertekan. Tidak jarang emosinya bergejolak karena kondisi yang dialaminya. Dia juga selalu menangis jika melihat orang yang tidak dikenalinya menjenguk dirinya.

“Kalau dia lihat foto-fotonya yang kemarin masih sehat, semua dihapus. Kadang-kadang handpone saya pun ikut dibantingnya, memang gampang marah,” jelas Dedi seraya mengelus Putranya yang sesekali meringis kesakitan. 

Berdasarkan pengakuan Dedy, dokter sudah menyarankan agar Putra dibawa ke Ibukota Jakarta guna penanganan lebih lanjut. Namun apalah daya kemampuan ekonomi yang terbatas membuat Dedy memilih diam.

“Bukannya saya tidak mau. Jangankan ke Jakarta, untuk ke Pekanbaru saja kita masih mengharapkan bantuan,” tuturnya.

Untuk itulah, dia sangat mengharapkan adanya bantuan dan uluran tangan para dermawan dalam meringankan beban yang diderita putranya.

“Saat ini kita cuma berharap bantuan dari Dinas Kesehatan yang menanggung biaya pengobatan Putra di RSUD Tembilahan, kalau di Pekanbaru itu pakai uang kami sendiri. Selanjutnya tentu kami berharap ada bantuan untuk berobat Putra yang setiap bulan harus ke Pekanbaru jika ada rezeki juga pasti kita teruskan pengobatannya ke Jakarta,” harap Dedi.

Dedi sendiri sehari-hari bekerja mengambil upah mengupas kelapa yang penghasilannya tidak menentu, sedangkan istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga.

“Kebun ada, tapi cuma tiga baris. Selebihnya kadang saya mengupas kelapa, kadang-kadang mengambil upah menebas rumput di kebun orang. Sehari bisalah dapat upah sekitar Rp 60-50 ribu per hari,” ucapnya.

Penghasilan yang tidak menentu tentulah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pengobatan Putra, terlebih saat ini kedua orang tuanya harus selalu berada di sampingnya. (***)