Ekonomi

Sejumlah Pedagang di Inhil Teriak, Harga Kelapa Tak Kunjung Stabil, Rp 600 per kg di Petani

Ilustrasi pekerja kelapa

RIAULINK.com - Belum stabil dan cenderung turunnya harga kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) sangat dirasakan oleh masyarakat khususnya para pedagang.

Dampak dari turunnya harga kelapa ini membuat daya beli masyarakat juga berkurang sehingga para pedagang sangat merasakan dampak ini.

Kabupaten Inhil memang diketahui sebagai daerah penghasil kelapa terbesar dengan penduduk yang banyak bergantung dari sektor kelapa.

“Sepi sekarang yang belanja sejak kelapa turun ni, memang susah sekarang ni,” ujar Rusli seorang pedagang daging di Pasar Terapung (Selodang Kelapa) Tembilahan seperti dilansir riaulink.com dari Tribun Pekanbaru.

Menurut Rusli, semua pedagang khususnya di Pasar Terapung mengeluhkan sepinya pembeli tidak seperti biasanya bila harga kelapa stabil.

“Semuanya (pedagang) mengeluhkan ini, cobalah tanya. Kita harap ada tindakan terhadap ini, karena kalau terus – terusan seperti ini kasian juga pedagang dan masyarakat,” imbuhnya.

Tidak hanya di pasar, Kondisi sulit perkelapaan membuat para petani mulai mencari sumber penghasilan baru atau mencoba peruntungan profesi baru.

Burhanuddin menjelaskan, harga minyak kelapa (CCO) yang anjlok berimbas kepada turunnya harga kopra petani.

“Semakin sulit, kerja tak cukup untuk makan bbanyak petani kelapa yang beralih ke pinang hingga menjadi buruh di kebun kelapa sawit,” ungkap petani Inhil ini kepada, Rabu (21/11/2018).

Burhanuddin menjelaskan, Kalau dihitung berdasarkan harga CCO 680 USD/TON, maka harga Kopra dipabrik masih bisa minimal 5500/kg untuk kualitas kering mati.

“Kalau untuk industri terintegrasi, masih pantas mereka memberikan harga butiran 2000/kg dg kualitas buah terbaik,” katanya.

Menurutnya, masalah harga kelapa itu juga ditentukan oleh faktor nonteknis, yaitu hati dari pengusaha untuk mau berbagi.

“Begitu juga hal yang sama bagi petani dengan hati baik untuk menjual buah sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan oleh pabrikan,” ucapnya.

Harga kelapa sebelumnya berkisar Rp. 2.700 - Rp. 3.700 per kg ditingkat petani, hingga pada saat ini hanya berkisar Rp. 600 - Rp. 800 Per kg ditingkat petani.

“Bahkan Di beberapa tempat di Inhil informasi terbaru harga sekarang berkisar Rp. 450 - Rp. 650 per Kg untuk kelapa bulat ditingkat petani,” bebernya.

Dengan harga tersebut, menurutnya, banyak petani memilih tidak panen karena merasa sangat rugi hingga buah kelapa mereka rusak.

Terpisah, Wakil Ketua Perhimpunan Petani Kelapa Indonesia (Perpekindo) Riau, Hamzah Kobaru, menegaskan, belum stabilnya harga kelapa harus ditangani lebih serius, karena kelapa memiliki potensi yang sangat besar dan merupakan pohon kehidupan yang sangat banyak dimanfaatkan baik dari segi pangan dan non pangan.

Menurut pria asal Inhil yang tercatat sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi di Pekanbaru ini, Kabupaten Inhil dengan julukan negeri seribu parit dan hamparan kelapa dunia memiliki Produksi kelapa sangat tinggi, namun Petani kelapa sangat mengeluh dengan persoalan harga kelapa yang belum stabil hingga saat ini.

Harga yang belum stabil seperti saat ini, membuat para petani merasakan pahitnya hidup dengan cucuran keringat, rendahnya harga kelapa yang merupakan mata pencaharian mereka dalam kehidupan sehari hari dan keluarganya.

“Ada harapan petani yang harus diperjuangkan. Pemerintah daerah perlu keseriusan menangani dan bertindak lanjut membuat kebijakan demi mengembalikan kesejahteraan petani yang sudah lama dirindukan petani dengan penstabilan harga,” tegasnya.

Menurutnya, permasalahan ini perlu sebuah strategi pengembangan kelapa hingga dapat mengetahui baik dari segi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk Membuat dorongan dan menciptakan nilai tambah dari strategi pengembangan.

Potensi kelapa yang besar, dikatakannya lagi, perlu dibentuk UKM bimbingan dan pembinaan sampai tingkat petani yang difasilitasi Pemerintah baik itu dalam dan luar negeri untuk produk kelapa dan turunannya.

Selanjutnya, hal yang perlu dilakukan antara lain, membuat kebijakan standarisasi harga ditingkat petani dan optimalisasi produk turunan kelapa dan penguatan Lembaga petani kelapa yang difasilitasi pemerintah melalui perundingan dagang dengan bilateral, kementerian perdagangan membukakan jalur pasar ekspor baru ke negara lain yang membutuhkan kelapa serta segera melakukan pelaksanaan Sistem Resi Gudang (SRG).

Sementara itu, untuk sektor hulu yang harus dibenahi adalah legal atas tanah kebun kelapa rakyat, replanting kebun kelapa rakyat dengan metode tebang terbatas pada pohon yg tidak produktif.

“Serta melakukan mixcrop dengan tanaman perkebunan lainnya seperti pinang kopi dan tanaman lainnya yang sesuai dengan lahan setempat,” pungkas Hamzah.