Internasional

Bahas Solusi Perang Dagang, Tim AS Sambangi Beijing Hari Ini

Ilustrasi. (REUTERS/Saul Loeb).

RIAULINK.COM - Para negosiator Amerika Serikat (AS) berada di Beijing, China, pada Senin (11/2) waktu setempat, untuk melakukan perundingan lanjutan mengenai kesepakatan perdagangan menjelang tenggat waktu 1 Maret 2019 yang ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Pihak Gedung Putih menyampaikan Wakil Perwakilan Perdagangan Jeffrey Gerrish akan memimpin delegasi AS dalam pertemuan persiapan yang akan dimulai hari ini. Pembicaraan akan mencakup pejabat dari Departemen Pertanian, Energi dan Perdagangan.

Dikutip dari AFP, Gerrish meninggalkan hotelnya di pusat kota Beijing pada Senin pagi tanpa berbicara dengan media.

Diskusi awal oleh pejabat tingkat rendah diadakan sebelum Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin masuk dalam agenda utama pada Kamis dan Jumat, 13-14 Februari mendatang.

Mnuchin dan Lighthizer akan bergabung dengan David Malpass, calon Presiden Bank Dunia pilihan Donald Trump.
Sementara itu, Delegasi China akan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, yang akan bergabung dengan gubernur bank sentral China Yi Gang.

Pada Desember, Negeri Paman Sam menunda rencana untuk meningkatkan tarif impor China senilai US$200 miliar dari 10 persen menjadi 25 persen. Hal itu dilakukan untuk memberi ruang negosiasi guna menyelesaikan perang dagang yang memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global.


Putaran pembicaraan yang sebelumnya berlangsung di Washington, AS, bulan lalu berakhir tanpa kesepakatan.

Liu, kepala negosiator perdagangan China yang bertemu dengan Donald Trump bulan lalu mengatakan penyelesaian akhir dari perselisihan perdagangan akan bergantung pada pertemuan dengan Presiden Cina Xi Jinping dalam waktu dekat.

Namun, Trump mengatakan ia tidak berharap untuk bertemu dengan rekannya dari China sebelum gencatan senjata perdagangan berakhir pada 1 Maret.


Pemerintahan Trump menuntut perubahan besar dari China untuk mengatasi praktik komersial yang dianggap sangat tidak adil. Hal itu termasuk pencurian kekayaan intelektual AS. Menurut mereka, banyak hambatan yang dihadapi AS dan perusahaan asing lainnya di pasar domestik China.