Politik

Pro-Prabowo vs Tim Jokowi Saling Lempar Isu Politik Identitas

RIAULINK.com - Isu politik identitas menjadi sorotan dalam pertarungan di Pilpres 2019. Saling tuding 'menggoreng' isu politik identitas pun menyeruak di antara kubu Joko widodo dan Prabowo Subianto.

Tudingan penggunaan politik identitas mulanya dilemparkan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Fahri mengaku heran dengan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang dinilainya gandrung menggunakan isu identitas untuk menyerang Prabowo ketimbang memamerkan kinerja sang capres. 

Padahal menurut Fahri, isu tersebut dapat menjadi bumerang bagi Jokowi. Dia juga khawatir, isu politik identitas yang menurutnya kerap dimainkan kubu Jokowi dapat dibalas dengan serangan yang lebih mematikan oleh kubu sang lawan. 

"Terus terang saya masih merasa aneh dengan timses petahana yang lebih gandrung menyerang dengan isu identitas lawan daripada membuka kinerja petahana sendiri. Bukankah ini bahaya ya? @prabowo terlalu jelas loh...@jokowi yang punya wilayah gelap....hati-hati kalian," tulis Fahri melalui akun Twitter-nya, Minggu (30/12/2018). 

"Kalau saya saran, tim petahana fokus main di kinerja. Jangan menyerang pribadi karena serangan baliknya bisa mematikan. Latar @prabowo sebagai tentara itu terlalu jelas susah dilawan. Gak ada yang abu-abu di TNI, tapi di sipil itu banyak yang gak jelas," imbuhnya. 

Tudingan Fahri pun dibantah mentah-mentah oleh TKN Jokowi-Ma'ruf. Juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily, mengatakan selama ini pihaknya tidak pernah sekalipun memantik isu yang juga pernah menjadi 'primadona' pada Pilkada DKI tahun 2017 lalu itu. Ace mencontohkan kasus video Ma'ruf yang diedit mengenakan kostum sinterklas hingga istilah 'partai setan' dan 'partai Allah' yang sempat dilontarkan politikus senior PAN, Amien Rais.

Menurut Ace, selama ini pihaknya hanya bersikap defensif terhadap serangan isu identitas yang dilemparkan kubu penantang. Ia pun menegaskan tim Jokowi juga berfokus mensosialisasi capaian kinerja pemerintah dan ingin adu gagasan serta visi-misi.

"Kami tidak bermain isu identitas. Isu identitas selalu dimainkan oleh pihak-pihak yang selama ini menunggangi demokrasi untuk kepentingan elektoral," sebut Ace.

"Ketika ada pihak yang menyerang kami dengan isu identitas seperti agama, soal imam salat, dan juga yang lainnya, kami hanya berusaha untuk defensif. Kami tegak lurus dengan prestasi dan keberhasilan pemerintahan Jokowi. Kami hanya ingin kita berkampanye program, gagasan, dan visi misi. Kami ingin kedepankan perdebatan konseptual," imbuh dia.

Keinginan untuk adu gagasan dan visi-misi juga disampaikan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno. Jubir BPN Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade, tidak mau lagi berlarut-larut dalam isu yang menyinggung agama. Apalagi, sejak awal komitmen pihaknya adalah tidak bermain SARA. 

"Komitmen kita dari awal tidak mau bicara soal SARA. Lagi pula isu agama kami anggap sudah selesai karena kan keempatnya ini muslim," ujar Andre.

"Negara kita ini kan negara majemuk, kebinekaan, dan masyarakat nggak butuh itu. Sekarang masyarakat butuh bicara soal ekonomi, lapangan pekerjaan, dan harga-harga kebutuhan pokok," pungkasnya. ang menyerang kami dengan isu identitas seperti agama, soal imam salat, dan juga yang lainnya, kami hanya berusaha untuk defensif. Kami tegak lurus dengan prestasi dan keberhasilan pemerintahan Jokowi. Kami hanya ingin kita berkampanye program, gagasan, dan visi misi. Kami ingin kedepankan perdebatan konseptual," imbuh dia.

Keinginan untuk adu gagasan dan visi-misi juga disampaikan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno. Jubir BPN Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade, tidak mau lagi berlarut-larut dalam isu yang menyinggung agama. Apalagi, sejak awal komitmen pihaknya adalah tidak bermain SARA. 

"Komitmen kita dari awal tidak mau bicara soal SARA. Lagi pula isu agama kami anggap sudah selesai karena kan keempatnya ini muslim," ujar Andre.

"Negara kita ini kan negara majemuk, kebinekaan, dan masyarakat nggak butuh itu. Sekarang masyarakat butuh bicara soal ekonomi, lapangan pekerjaan, dan harga-harga kebutuhan pokok," pungkasnya.